Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/kisah/389

KISAH edisi 389 (15-4-2015)

Percaya Saja

____________PUBLIKASI KISAH (Kesaksian Cinta Kasih Allah)_____________
                       Edisi 389, 15 April 2015

KISAH -- Percaya Saja
Edisi 389, 15 April 2015


Shalom,

Allah beperkara dalam hidup umat-Nya! Setiap alur hidup kita, dalam 
keadaan susah maupun senang, suka maupun duka, Allah beperkara dalam 
hidup kita. Setiap bagian dalam hidup kita tidak ada yang dilewatkan 
oleh Allah. Itulah bukti bahwa Allah memedulikan dan beperkara dalam 
hidup umat-Nya.

Kesaksian berikut ini datang dari seorang anak Tuhan yang merasakan 
pertolongan dan pemeliharaan Tuhan yang sungguh dahsyat dalam 
hidupnya. Cacat fisik yang ia alami, tidak membuatnya terpuruk. Ia 
justru melihat kemurahan Tuhan dalam kekurangannya. Ia percaya bahwa 
Tuhan menolongnya, Tuhan beperkara dengan dia. Selamat membaca KISAH 
edisi kali ini, kiranya iman kita semakin dibangun dan dikuatkan. 
Tuhan Yesus memberkati.

Pemimpin Redaksi KISAH,
Amidya
< amidya(at)in-christ.net >
< http://kesaksian.sabda.org/>


                                 PERCAYA SAJA
                           Ditulis oleh: Dedy Yanuar

Orang berkata, "Tak kenal, maka tak sayang." Nama saya Dedy Yanuar. 
Usia saya saat menulis kesaksian ini 27 tahun 10 bulan. Saya adalah 
anak kedua dari tiga bersaudara. Saya memiliki seorang kakak laki-laki 
dan satu adik perempuan. Saya masih lajang sehingga saya lebih bebas 
dalam melayani Tuhan.

Saya merasa bahwa saya belum menjadi orang yang sukses. Sering kali, 
saya diremehkan atau dipandang sebelah mata oleh orang lain. Saya 
merasa bahwa saya belum layak memberi kesaksian untuk memotivasi orang 
lain yang mungkin mengalami hal yang sama dengan saya. Akan tetapi, 
kali ini saya mencoba untuk menuliskannya. Saya berharap kesaksian 
saya dapat menjadi berkat bagi para pembaca.

Saya adalah orang yang memiliki cacat fisik. Sebuah anugerah yang tak 
ternilai harganya sehingga saya dipercaya Tuhan untuk menderita suatu 
penyakit yang memaksa saya untuk beraktivitas di atas kursi roda. 
Kira-kira sudah 7 tahun saya memakai kursi roda, sungguh pengalaman 
yang luar biasa. Sebab, ada begitu banyak pengalaman yang tidak akan 
bisa dibayangkan oleh orang-orang normal.

Dalam 2 Korintus 12:9 dituliskan, "Tetapi jawab Tuhan kepadaku: 
`Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah 
kuasa-Ku menjadi sempurna. Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas 
kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku.`"

Kelemahan tidak selamanya buruk. Kelemahan bisa menjadi sumber 
mukjizat dari Tuhan. Semakin banyak kelemahan kita, semakin banyak 
mukjizat yang dapat kita lihat, asalkan kita tetap percaya dan hidup 
berkenan kepada-Nya.

Kelemahan memang sering menimbulkan masalah. Alangkah baiknya jika 
kita tidak menambah masalah dengan mengkhawatirkan kelemahan-kelemahan 
itu. Sebab, tidak ada gunanya mengkhawatirkan kelemahan yang kita 
miliki. Hendaklah kita "percaya saja", maka kita akan melihat bahwa 
Tuhan akan memberikan hal-hal yang tidak pernah kita duga dan 
pikirkan.

Suatu hari, ada sebuah acara jalan-jalan bersama guru-guru sekolah 
minggu. Teman-teman pelayanan saya di sekolah minggu memaksa saya 
untuk ikut. Acara jalan-jalan itu adalah ke Kawah Putih. Para pembaca 
tentu tahu seperti apa Kawah Putih itu. Di sana, ada begitu banyak 
tangga naik dan turun untuk menuju Kawah Putih itu. Apakah Anda 
percaya kalau orang seperti saya bisa sampai di perairan Kawah Putih? 
Bisa! Saya bisa mencapai Kawah Putih itu. Di sana, saya diangkat oleh 
empat orang guru sekolah minggu. Saya beserta kursi roda saya 
diangkat. Dalam hati, saya seakan-akan bagaikan seorang raja yang 
duduk di atas tandu dalam perjalanan menuju Kawah Putih ini.

Sebelum memasuki area tanjakan, saya sempat menolak untuk turut. Saya 
merasa ngeri karena tempat itu tinggi sekali, dan setelah itu areanya 
turun. Awalnya, saya berpikir bahwa saya akan ditolong untuk diangkat 
sampai di atas saja, tetapi ternyata saya diangkat sampai ke dekat air 
yang berada di Kawah Putih.

Ada begitu banyak tempat yang saya kunjungi. Terkadang, beberapa 
tempat tidak memiliki lift maupun eskalator sehingga saya diangkat 
beberapa orang untuk naik maupun turun dari tangga. Dan, jangan heran 
jika ketemu dengan saya di mal atau tempat-tempat hiburan yang 
memiliki tanda silang untuk pengguna kursi roda.

Saya kira tidak ada salahnya jika Anda mempunyai keluarga yang duduk 
di kursi roda. Sesekali, ajaklah dia ke mal atau tempat-tempat 
hiburan, seperti Taman Raya Bogor, Puncak Safari, atau restoran-
restoran. Mungkin keluarga kita yang duduk di kursi roda itu tidak mau 
dan menolak ajakan kita. Akan tetapi, sekali-kali Anda dapat memaksa 
keluarga Anda untuk turut serta.

Pada awalnya, saya juga demikian. Saya tidak mau diajak ke mana-mana. 
Saya takut merepotkan orang lain. Saya mengalami cacat fisik, tepatnya 
tujuh tahun yang lalu. Saya masih muda belia waktu itu. Masa awal di 
mana saya mengalami sakit ini, orang-orang menatap saya dengan mata 
mereka melotot seakan-akan hampir keluar. Beberapa orang yang bertemu 
dengan saya juga berkata kepada saya, "Bagaimana bisa seorang yang 
masih muda duduk di atas kursi roda?" Semua hal ini membuat saya 
minder dan tidak mau keluar dari rumah. Hingga akhirnya, saya sedikit 
demi sedikit berani untuk keluar rumah. Saya mulai belajar untuk 
memulai aktivitas di luar rumah, yang dulu sering saya lakukan.

Pandangan paling "sinis" yang pernah saya terima adalah ketika saya 
diajak oleh koordinator guru sekolah minggu untuk mengikuti acara 
pelatihan menjadi guru sekolah minggu. Pada hari Minggu selanjutnya, 
saya ditatap "sinis" bukan hanya oleh guru-guru sekolah minggu, 
melainkan juga oleh para orang tua anak sekolah minggu. Mungkin mereka 
semua berpikir, "Ini orang mau berbuat apa sih? Sudah cacat dan 
memakai kursi roda, bisa apa coba?"

Para guru sekolah minggu pasti tahu bahwa salah satu hal yang paling 
dibutuhkan untuk jadi guru sekolah minggu adalah rasa percaya diri 
yang tinggi. Sedangkan saya adalah orang yang sangat minder. Selain 
itu, guru sekolah minggu harus aktif bergerak saat puji-pujian, 
sedangkan saya kadang kaku, dan berada di kursi roda sehingga sulit 
melakukan hal itu.

Singkat cerita, 6 tahun berlalu sejak kejadian itu, dan saya masih 
menjadi guru sekolah minggu sampai sekarang. Absensi atau 
ketidakhadiran saya pada ibadah sekolah minggu bisa dihitung dengan 
jari. Mungkin tidak sampai 5 kali selama 6 tahun itu. Karena itu, saya 
makin banyak dipercayakan dalam hal lainnya. Bukan karena saya hebat 
atau pintar, tetapi oleh karena kemurahan Tuhan sehingga saya dapat 
dipakai oleh-Nya sampai sekarang.

Saat ini, selain menjadi guru sekolah minggu, saya juga diberi 
kepercayaan untuk melayani sebagai koordinator bagian LCD, bergabung 
dalam tim pembuat warta gereja, dan pelayanan yang lainnya. Mungkin 
pada kesempatan berikutnya saya akan menceritakan hal-hal lainnya itu.

"Sebab sekiranya aku hendak bermegah juga, aku bukan orang bodoh lagi, 
karena aku mengatakan kebenaran. Tetapi aku menahan diriku, supaya 
jangan ada orang yang menghitungkan kepadaku lebih dari pada yang 
mereka lihat padaku atau yang mereka dengar dari padaku." (2 Korintus 
12:6)

Demikian jugalah Anda. Apabila Anda telah melakukan segala sesuatu 
yang ditugaskan kepada Anda, hendaklah Anda berkata, "Kami adalah 
hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami 
harus lakukan" (Lukas 17:10).

Percaya saja, bahwa Tuhan tidak akan memberikan sesuatu hal di luar 
kemampuan kita. Percayalah ... Percayalah ....

Catatan: Dedy Yanuar adalah anggota aktif komunitas PESTA. Ia juga 
terlibat sebagai moderator kelas PESTA yang dibuka oleh Yayasan 
Lembaga SABDA


                              POKOK DOA

1. Mari berdoa untuk Sdr. Dedy Yanuar, kiranya ia dapat semakin 
   dipakai untuk melayani Tuhan, terus berkarya bagi kemuliaan nama-
   Nya.

2. Mari berdoa untuk Sdr. Dedy Yanuar, keluarganya, dan setiap 
   pergumulan hidupnya. Kiranya Tuhan akan senantiasa memberkati 
   keluarga dan menjawab pergumulan hidupnya.

3. Mari berdoa untuk setiap orang Kristen yang mengalami kelemahan 
   fisik, kiranya mereka dapat tetap bersemangat untuk melayani Tuhan.


"Tetapi kamu ini, kuatkanlah hatimu, jangan lemah semangatmu, karena 
ada upah bagi usahamu!" (2 Tawarikh 15:7)

< http://alkitab.mobi/?2tawarikh+15:7 >
< http://alkitab.sabda.org/?2tawarikh+15:7 >


Kontak: kisah(at)sabda.org
Redaksi: Amidya, Bayu, dan Yans
Berlangganan: subscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org
Arsip: http://sabda.org/publikasi/kisah/arsip/
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
(c) 2015 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org