Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/kisah/39

KISAH edisi 39 (1-10-2007)

Pertobatan Mohan Jhass


                                KISAH
____________________(Kesaksian Cinta Kasih Allah)_____________________
                       Edisi 39; 1 Oktober 2007

PENGANTAR

  Ada banyak orang yang tidak menyadari bahwa keputusan yang tampaknya
  sederhana sesungguhnya memberi dampak yang begitu besar bagi masa
  depannya. Coba Anda bayangkan ketika memutuskan untuk menjadi
  Kristen; tampaknya sederhana, tapi praktiknya susah luar biasa.
  Namun, keputusan untuk berbalik kepada Allah yang hidup sangat
  menentukan kehidupan kita selanjutnya walau mungkin membuat kita
  kehilangan banyak hal. Kisah yang akan Anda simak berikut ini cukup
  banyak dialami oleh mereka yang yakin dan percaya bahwa keselamatan
  tidak akan diperoleh melalui nama lain selain di dalam nama Yesus.

  Pimpinan Redaksi KISAH,
  Pipin Kuntami
______________________________________________________________________
KESAKSIAN

                        PERTOBATAN MOHAN JHASS
                        ======================

  Mohan Jhass terlahir dengan keberuntungan besar dalam sistem kasta
  India. Keluarganya termasuk dalam kasta Brahmana, dan Mohan adalah
  anak sulung. Hal ini berarti bahwa ia diizinkan -- dan sangat
  diharapkan -- untuk menjadi seorang pendeta Hindu.

  "Jika Anda lahir dalam suatu sistem keagamaan, dalam sebuah kasta,
  Anda mengerjakan apa yang dilakukan keluarga. Anda tidak dapat
  memilih profesi atau cara hidup sendiri," kata Mohan. "Meskipun saya
  berkelimpahan secara finansial, memunyai rumah besar, keluarga
  besar, kekayaan orang tua, hak untuk menjadi pendeta Hindu -- saya
  memiliki semuanya itu, namun masih ada sesuatu dalam diri saya yang
  berkata, "`Itu belum cukup.` Ada sesuatu tentang Allah yang lebih
  daripada yang saya ketahui."

  Sejak berusia tiga tahun, Mohan telah memulai pelatihan
  kependetaannya. Ia belajar disiplin yang ekstra ketat dan banyak
  keahlian. Meskipun ia masih anak-anak, sudah banyak pertanyaan yang
  mengganggu pikirannya. "Salah satu dari pertanyaan tersebut adalah
  saya sering bertanya kepada guru saya, `Guru, kapankah saya
  akan mendapat kedamaian?` dan para guru akan selalu berkata, `Saat
  kamu dewasa nanti.`"

  Ketika mencapai usia remaja, ia masih juga belum mendapat jawaban.
  "`Guru, saya masih belum merasakan kedamaian. Kapankah saya akan
  mendapatkannya?` Saat itu saya berusia sekitar lima belas tahun,"
  kata Mohan. "Guru saya pada waktu itu sudah berusia sembilan puluh
  tahun. Pada saat itu, ia mengatakan kepada saya bahwa ia pun belum
  pernah merasakan kedamaian. Mereka sering mengatakan dan menggunakan
  kata damai, tetapi mereka tidak mengetahui apa artinya."

  Meskipun sedang bermasalah, Mohan tetap melanjutkan pelatihannya
  selama dua tahun. Kemudian seorang misionaris Amerika datang
  berkunjung ke puranya. Nama misionaris itu adalah Herb. Mohan
  ditugaskan untuk menjelaskan ajaran Hindu kepada Herb. "Herb ingin
  mengetahui banyak hal dan saya dengan sangat bangga menceritakan
  evolusi ajaran Hindu padanya," kata Mohan. "Saya ceritakan dari mana
  asalnya ajaran ini dan bagaimana saya bisa memercayainya. Saya
  ingin selalu bersama Herb untuk melatih kemampuan saya dalam
  berbahasa Inggris. Saat bersama Herb, saya melihat bahwa ia
  memiliki sesuatu yang berbeda."

  Mohan tidak dapat menahan dirinya untuk bertanya kepada Herb. "Apa
  yang sebenarnya kamu miliki?" tanya Mohan. "Ceritakan padaku tentang
  Allahmu." Herb sangat senang untuk menceritakan Yesus Kristus kepada
  Mohan. Tak lama sesudah itu, Mohan mengerjakan sesuatu yang tak
  pernah terlintas dalam pikirannya. Untuk pertama kali dalam
  hidupnya, Mohan pergi ke gereja.

  "Setiap kali pendeta di gereja memandang diri saya, saya merasa
  seolah-olah ia berkata `Mohan, kamu orang berdosa.` Memang ia
  tidak memanggil nama Mohan, namun ia berkhotbah bahwa semua orang
  telah berdosa dan kehilangan kemuliaan Allah. Satu-satunya cara
  untuk mengenal Allah hanyalah dengan datang kepada Allah dalam kuasa
  darah Yesus yang telah membayar semua dosa," kata Mohan.

  "Saya tidak mengetahui bahwa saya adalah orang berdosa. Saya tidak
  berpikir bahwa saya berdosa, karena saya tidak merokok, tidak minum
  minuman keras, tidak mengerjakan hal-hal yang tidak berguna. Saya
  tidak melakukan itu semua. Hati saya penuh dengan kebanggaan tentang
  siapakah diri saya. Saya berpikir bahwa saya adalah seorang yang
  berarti. Saya mengetahui seni-seni perang, melakukan yoga, meditasi,
  dan saya merasa lebih unggul dalam segala hal. Juga latar belakang
  keluarga saya yang memberikan status. Menjadi seorang pendeta Hindu
  adalah hal yang luar biasa, namun tetap saja, saya tidak menemukan
  kedamaian."

  Mohan sangat tertarik dengan kebenaran itu, tetapi ia juga
  mengkhawatirkan masa depannya. Herb mengetahui hal tersebut ketika
  mengajak Mohan pulang. Mohan menerima Yesus sebagai Juru Selamatnya.
  Sekarang ia harus menghadapi apa yang ditakutkannya. "Lebih baik
  kamu mati daripada menjadi seseorang yang paling dibenci dalam
  keluarga," kata Mohan. "Banyak orang yang menjadi pengikut Kristus,
  dan bahkan saat ini di India, mereka menghadapi kematian. Dan
  situasi yang sama juga diperhadapkan pada saya. Jika memilih
  Kristus, saya akan kehilangan hidup yang pernah saya jalani. Saya
  diberi waktu satu jam untuk memutuskannya.

  "Oleh keluarga, saya diminta untuk memilih: menyerahkan hidup kepada
  Kristus atau menjalani hidup saya yang lama," kata Mohan. "Lalu saya
  berdoa. Saya berkata, `Tuhan pandulah aku.` Kitab pertama yang saya
  buka adalah Lukas 9:23 yang berbunyi, `Kata-Nya kepada mereka semua:
  Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya,
  memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku.`"

  "Saya berkata, `Tuhan, saya ingin menyangkal segala sesuatu tentang
  diri saya, dan saya ingin Engkau menjadi Allah dalam hidup saya.`
  Tindakan selanjutnya yang saya ingat adalah, ada ketukan di pintu.
  `Apa keputusanmu?` Dan saya menjawab, `Saya menjadi pengikut
  Kristus.` Jawaban yang saya terima dari keluarga saya adalah `Keluar
  dari rumah ini!`"

  Mohan dicampakkan keluarganya dan ia tidak memunyai tempat tujuan.
  Akhirnya, ia tinggal dan bekerja dalam pelayanan misi bersama Herb.
  Ia ingin pergi ke Amerika. Dalam enam bulan berikutnya, ia tiba di
  Longview, Texas, dengan berbekal beberapa baju dalam tasnya.

  "Saya bekerja selama tujuh puluh jam seminggu dan juga pergi
  kuliah," kata Mohan. Saya mencuci semua peralatan dapur di Le
  Tourneau University. Saya membersihkan semua ruangan pada malam
  hari. Dan saya beruntung bisa tidur selama dua jam tiap malamnya."

  Mohan lulus dari dua disiplin ilmu yang diikutinya -- Alkitab dan
  teknik mesin. Kemudian ia menikah dengan Susan dan mereka memulai
  kehidupan berkeluarga. Mohan sekarang menjadi pendeta di sebuah
  gereja lokal dan melayani sebagai ahli terapi yang berpengalaman,
  memberitakan tentang Kristus.

  Diambil dan diedit seperlunya dari:
  Nama situs: CBN World
  Penulis   : Julie Blim
  Alamat URL: http://www.cbnworld.com/indexFrameset.asp?home=true
______________________________________________________________________

  "Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita di sorga
   karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih dari pada sukacita
    karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan
                              pertobatan."
                             (Lukas 15:7)
                < http://sabdaweb.sabda.org/?p=lukas+15:7 >
______________________________________________________________________
POKOK DOA

  1. Meninggalkan kehidupan yang lama merupakan salah satu harga yang
     harus dibayar ketika memutuskan untuk mengikut Yesus. Berdoalah
     bagi setiap orang yang masih hidup dalam kedagingannya.
     Mohonkanlah kekuatan agar mereka diubahkan dari hidup lamanya.

  2. Berdoalah agar Tuhan memberikan teman-teman seiman yang akan
     senantiasa menolong para petobat baru untuk terus bertumbuh dalam
     iman. Mintakan pula kepekaan agar kita pun bisa berperan sebagai
     mitra bertumbuh bagi siapa saja yang ada di sekitar kita.

  3. Tuhan berkehendak agar kita berbagian dalam mewartakan Injil-Nya
     kepada jiwa-jiwa yang terhilang. Oleh karena itu, berdoalah agar
     Tuhan memampukan kita untuk bersaksi pada setiap kesempatan yang
     ada.
______________________________________________________________________

       Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA
             Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
                       Copyright(c) 2007 YLSA
                    YLSA -- http://ylsa.sabda.org/
                      http://katalog.sabda.org/
                    Rekening: BCA Pasar Legi Solo
                 No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
______________________________________________________________________

Pimpinan Redaksi: Pipin Kuntami
Staf Redaksi    : Puji, Raka, Yulia
Kontak          : < kisah(at)sabda.org >
Berlangganan    : < subscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org >
Berhenti        : < unsubscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org >
Arsip KISAH     : http://www.sabda.org/publikasi/Kisah/
Situs KEKAL     : http://kekal.sabda.org/
______________________________________________________________________

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org