Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/kisah/398

KISAH edisi 398 (2-9-2015)

Aku Menabur Injil di Kepulauan Maluku

____________PUBLIKASI KISAH (Kesaksian Cinta Kasih Allah)_____________
                      Edisi 398, 02 September 2015
                      
KISAH -- Aku Menabur Injil di Kepulauan Maluku
Edisi 398, 02 September 2015


Salam damai sejahtera,

Kadang kala, kita dihadapkan pada situasi yang sulit. Ketika kita 
tidak sanggup menghadapinya, hal itu lantas membuat kita ingin 
menyerah dengan keadaan atau bahkan lari dari persoalan itu. Akan 
tetapi, ingatlah selalu ada kasih setia Tuhan yang menyertai kita 
untuk menghadapi berbagai persoalan. Tuhan adalah setia, dan Ia sangat 
memedulikan umat-Nya.

Demikian pula dengan panggilan pelayanan yang diterima oleh Joseph 
Kam. Sebagai seorang warga negara Belanda, Joseph Kam memiliki hati 
untuk memberitakan Injil di Kepulauan Maluku. Berbagai rintangan ia 
hadapi dengan berpengharapan di dalam Tuhan. Simaklah KISAH edisi kali 
ini dan biarlah kita setia dalam mengerjakan panggilan kita.

Redaksi Tamu KISAH,
Hossiana
< http://kesaksian.sabda.org/>


                AKU MENABUR INJIL DI KEPULAUAN MALUKU
                         Ditulis oleh: Amidya

Aku adalah seorang Belanda yang menjadi salah satu pekabar Injil di 
Kepulauan Maluku. Aku dilahirkan pada bulan September 1769. Keluargaku 
adalah seorang keluarga Kristen yang setia. Semasa kecil, aku hanya 
fokus untuk menyelesaikan pendidikanku, sembari membantu ayahku dalam 
usaha perdagangan kulit. Ketika membantu ayah, aku sering menemui 
orang-orang Zeist (orang yang tinggal di kota Zeist, wilayah Utrecht, 
Belanda). Pada saat inilah, aku merasa bahwa aku terpanggil untuk 
memberitakan Injil kepada orang-orang Zeist yang notabene belum 
mengenal Kristus. Aku berusaha menyatakan keinginanku kepada kedua 
orang tuaku, tetapi orang tuaku tidak setuju, sekian lama mereka 
menahan keinginanku untuk menjadi seorang pekabar Injil.

Hingga akhirnya pada tahun 1802, ayah dan ibuku meninggal dunia. 
Setelah kedua orang tuaku meninggal dunia, usaha perdagangan kulit 
keluarga kami menurun drastis, hingga akhirnya kegiatan usaha 
dihentikan. Selama masa itu, aku bekerja membantu usaha yang 
ditinggalkan ayahku dengan berjualan kulit. Kini, usaha itu sudah 
tidak lagi dilakukan. Keadaan ini mendorongku untuk mencari pekerjaan 
supaya aku dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Tidak lama 
setelah itu, aku memperoleh pekerjaan menjadi seorang pesuruh di 
Mahkamah Nasional Belanda. Setelah hampir dua tahun bekerja, kemudian 
pada tahun 1804, aku menikah dengan seorang perempuan Belanda. Akan 
tetapi, pernikahanku tidak berlangsung lama. Dua bulan setelah 
melahirkan anak kami yang pertama, istriku meninggal dunia. Peristiwa 
yang aku alami terus berlanjut, setelah beberapa bulan kemudian, 
anakku yang masih sangat kecil mengalami kejang-kejang, hingga 
akhirnya anakku pun pulang ke rumah Bapa menyusul kakek, nenek, serta 
ibunya.

Kini, aku hanya seorang diri. Aku harus memutuskan langkah yang harus 
aku ambil, aku harus bangkit. Dalam masa-masa inilah, aku kembali 
diingatkan akan panggilan dan cita-citaku ketika aku masih muda, yaitu 
menjadi seorang zendeling (misionaris). Tanpa berpikir panjang, aku 
segera mendaftar ke Nederlandsch Zendeling-Genootschap (NZG -- Badan 
Misi Belanda). Pada tahun 1807, aku mempersiapkan diriku untuk 
mengabarkan Injil ke kota Den Haag dan Rotterdam. Besar kerinduanku 
untuk dapat mengabarkan Injil kepada bangsa-bangsa lain selain 
Belanda. Namun, untuk dapat mewujudkan kerinduanku ini, aku harus 
menunggu cukup lama, sebab NZG tidak dapat memberangkatkanku. Dunia 
yang saat itu dalam kondisi perang, apalagi saat itu Belanda yang 
berada di bawah kekuasaan Perancis harus membantu Perancis berperang 
melawan Inggris. Sembari menunggu waktu bagiku untuk menginjil kepada 
bangsa lain, NZG memberikan perintah supaya aku dapat membantu 
melayani di Zeist.

Perjalananku pertama kali untuk menjadi seorang misionaris tidaklah 
mudah, NZG pertama kali menyelundupkanku untuk dapat pergi ke Inggris 
melalui sebuah kapal yang berlayar dari Den Haag menuju ke London. 
Ternyata, NZG telah mengadakan kerja sama dengan London Missionary 
Society (LMS). LMS-lah yang berupaya untuk mengirimku pergi ke 
Indonesia. Pada 1814, ketika aku berusia 33 tahun, aku diberangkatkan 
untuk pergi ke Maluku, Indonesia, bersama dua rekanku, yaitu Brunckner 
dan Supper. Maluku adalah tempat tujuanku, tetapi nyatanya kapal yang 
mengangkut kami tidak secara langsung berlayar menuju Maluku. Kapal 
yang membawa kami transit terlebih dahulu di Surabaya. Satu tahun 
kemudian, barulah aku menginjakkan kakiku di tanah Ambon, Maluku. 
Setibanya di Maluku, sudah ada orang Kristen, tetapi mereka semua 
sungguh terlantar. Iman mereka sama sekali tidak bertumbuh. Lalu, 
mulailah aku menabur Injil Kristus ke pulau Haruku, Seram selatan, dan 
Saparua. Hasil penginjilanku cukup berhasil, dalam beberapa waktu, 
sudah ada penduduk pribumi yang bertobat dan memberi diri untuk 
dibaptis. Pelayanan pastoral yang lain juga aku lakukan seperti 
melakukan sakramen Perjamuan Kudus dan Baptisan Kudus, juga menjadi 
seorang konselor bagi mereka. Penduduk Maluku sering kali terlibat 
pertengkaran, dan aku sering kali dipanggil oleh jemaat untuk 
mendamaikan mereka yang tengah bertengkar.

Di Tanah Ambon pula, aku bertemu dengan seorang wanita yang bernama 
Sarah Timmerman. Sarah adalah seorang wanita Indo-Belanda. Ia adalah 
wanita yang baik dan juga mencintai Tuhan. Setelah cukup lama 
mengenalnya, akhirnya saya menikah dengannya. Sarah adalah seorang 
istri yang setia mendampingi saya selama saya menginjil di beberapa 
tempat di Ambon, Seram, dan Saparua.

Semakin lama, pekerjaan misi di Ambon aku kira bertambah berat. Aku 
membutuhkan bantuan tenaga untuk mengusahakan kemajuan pekabaran Injil 
di Ambon. Karena itu, aku mengirimkan pesan kepada NZG untuk 
mengirimkan tenaga-tenaga baru. Pesan yang aku kirimkan direspons oleh 
NZG, dalam waktu dekat tenaga-tenaga baru tiba di Ambon dan ini 
membuat pelayanan pekabaran Injil berkembang dengan pesat. Dan, Ambon 
menjadi pusat kekristenan dan pekabaran Injil di Indonesia bagian 
Timur. Aku bersama dengan istri membimbing setiap orang yang bersedia 
untuk memberitakan Injil, secara khusus istri menolong orang-orang 
baik dari Belanda maupun penduduk asli Ambon untuk berbahasa Melayu 
dan aku mengajarkan bagaimana mereka dapat menolong jemaat secara 
langsung.

Inilah kisahku, seorang warga negara Belanda yang menabur Injil di 
Tanah Ambon. Usahaku untuk menabur Injil dan menggembalakan jemaat di 
Ambon terus Tuhan sertai dan menuai hasil. Aku memang telah tiada, 
tetapi jemaat yang pernah kudirikan masih berdiri dan mereka setia 
untuk mengikut Kristus. Aku adalah Joseph Kam, warga Ambon sering kali 
memanggilku dengan sebutan Rasul dari Maluku.

Sumber bacaan:
1. Wellem, F.D.. "Riwayat Hidup Singkat Tokoh-Tokoh dalam Sejarah 
   Gereja". Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1999. Hlm. 155-157
2. ____. "Joseph Kam". Dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Joseph_Kam/


POKOK DOA

1. Marilah kita berdoa agar pekabaran Injil di Tanah Ambon dapat terus 
   berkembang di seluruh lapisan masyarakat. Tidak hanya di Ambon, 
   tetapi di seluruh Nusantara, bahkan di dunia.

2. Marilah kita berdoa agar anak-anak Tuhan juga memiliki kerinduan 
   yang besar untuk menyebarkan Injil. Kiranya melalui pengenalan akan 
   Tuhan, mereka diselamatkan.

3. Marilah kita berdoa agar diri kita juga bisa mengikuti teladan 
   Joseph Kam dan memiliki keteguhan hati untuk selalu mengikut Tuhan.

"Tetapi Injil harus diberitakan dahulu kepada semua bangsa." 
(Markus 3:10)

< http://alkitab.mobi/?markus+3:10 >
< http://alkitab.sabda.org/?markus+3:10 >


STOP PRESS: BERGABUNGLAH DENGAN FACEBOOK E-PENULIS!

Suka menulis tetapi tidak punya komunitas yang mendukung Anda? Jangan 
berkecil hati dulu, bergabunglah bersama kami di Facebook e-Penulis! 
Di Facebook ini Anda bisa bertemu banyak sahabat yang bisa mendukung 
Anda berkarya. Tak cuma itu, kami juga terus meng-update status kami 
dengan tip maupun artikel yang berkaitan dengan dunia penulisan.

Jadi, jangan tunda lagi, bergabunglah bersama kami di:
==> http://fb.sabda.org/penulis


Kontak: kisah(at)sabda.org
Redaksi: Amidya, Bayu, dan Yans
Berlangganan: subscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org
Arsip: http://sabda.org/publikasi/kisah/arsip/
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
(c) 2015 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org