Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/kisah/402

KISAH edisi 402 (4-11-2015)

Seorang Ibu dari Sungai Nil

____________PUBLIKASI KISAH (Kesaksian Cinta Kasih Allah)_____________
                      Edisi 402, 4 November 2015
                      
KISAH -- Seorang Ibu dari Sungai Nil
Edisi 402, 4 November 2015


Salam kasih,

Panggilan yang Allah taruh dalam hati kita seperti sebuah suluh yang 
menyala. Firman-Nya membakar hati kita dan kita akan berhasrat untuk 
menjaga suluh itu untuk tetap menyala. Panggilan inilah yang dirasakan 
oleh Lillian Trasher, gadis muda yang menerima panggilan Allah sewaktu 
ia hendak menikah. Dengan iman, Lillian Trasher membatalkan rencana 
pernikahannya dan ia datang memenuhi panggilan Tuhan untuk 
memberitakan Injil di Benua Afrika.

Pelayanannya dimulai dengan menjaga dan mengasuh seorang bayi, 
kemudian orang-orang Afrika datang kepada Lillian Trasher untuk 
memberikan bayi mereka supaya dapat diasuh dengan baik. Kepedulian 
hati Lillian Trasher menjadikan ia sebagai seorang ibu bagi anak-anak 
di Afrika. Tuhan senantiasa menjaga dan meneguhkan panggilan-Nya dalam 
hati Lillian Trasher sehingga pelayanan yang sulit di Afrika dapat 
berjalan karena belas kasihan Tuhan. Simaklah KISAH edisi ini dan 
biarlah hati kita tergugah untuk memberitakan Injil dan memedulikan 
sesama kita.

Pemimpin Redaksi KISAH,
Amidya
< amidya(at)in-christ.net >
< http://kesaksian.sabda.org/>


                     SEORANG IBU DARI SUNGAI NIL

Lahir pada tanggal 27 September 1887, Lillian Trasher besar di 
Brunswick, Georgia. Suatu hari, saat masih gadis, dia berlutut di 
dekat sebuah batang kayu yang roboh di hutan. "Tuhan," doanya, "jika 
ada yang bisa aku lakukan untuk-Mu, beritahukanlah kepadaku dan aku 
akan melakukannya."

Allah memiliki sebuah rencana. Pada tahun-tahun berikutnya, seorang 
wanita yang bernama Miss Perry meminta Lillian bekerja untuknya di 
sebuah panti asuhan. Hal ini menuntunnya masuk ke Institut Pelatihan 
Elhanah (Elhanah Training Institute). Di sana, ia belajar bagaimana 
merawat bayi, memasak, dan menjahit. Banyak anak kecil dirawatnya, dan 
di institut inilah ia belajar memercayai Allah akan kebutuhan 
hidupnya. Pada waktu itu, Allah menjawab doa-doanya sewaktu kecil, 
tetapi ia tidak menyadarinya.

Ia tidak memiliki uang dan merendahkan dirinya dengan memakai sepasang 
sepatu pria yang sudah lama. Ia juga bertemu seorang pria muda yang 
hebat dan dalam sepuluh hari, mereka berencana untuk menikah.

Lillian merasakan adanya panggilan ke ladang misi, tetapi dengan 
pernikahannya yang tinggal sepuluh hari lagi, itu tampaknya mustahil. 
Hingga suatu ketika ia pergi dengan Miss Perry untuk mendengarkan 
seorang misionaris dari India. Khotbahnya menyentuhnya begitu dalam 
sehingga dia menangis sepanjang perjalanan pulang.

Miss Perry bertanya kepadanya ada masalah apa, dan Lillian 
memberitahukan kepadanya bahwa Allah baru saja menyuruhnya ke Afrika 
dan bahwa dia akan menikah sepuluh hari lagi. Semuanya terlihat 
mustahil.

Karena menyadari bahwa menaati Allah lebih penting daripada menikah, 
ia mengumpulkan beberapa barang kepunyaannya dan bersiap-siap 
berangkat ke ladang misi. Ia percaya Allah akan menyediakan jalan ke 
Afrika -- dan memang benar. Lillian dan adiknya, Jenny, sedang dalam 
perjalanan mereka ke Afrika beberapa waktu kemudian. Akan tetapi, 
Lillian membutuhkan janji dari Allah. Ia membuka Alkitabnya dan 
membaca kalimat ini, "Aku telah memperhatikan dengan sungguh 
kesengsaraan umat-Ku di tanah Mesir dan Aku telah mendengar keluh 
kesah mereka, dan Aku telah turun untuk melepaskan mereka; karena itu 
marilah, engkau akan Kuutus ke tanah Mesir." Benar-benar ke Mesir!

Dalam perjalanan menyusuri sungai dengan perahu, bagi Lillian, Mesir 
tampak seperti tempat yang terindah di dunia. Namun, beberapa saat 
kemudian, ia melihat anak-anak gelandangan yang kotor dan berpakaian 
compang-camping, anak-anak yang tidak diinginkan oleh siapa pun.

Suatu malam, seorang pria mengetuk pintu mereka dan bertanya kepada 
kedua saudari itu untuk datang dan berdoa bagi istrinya yang sakit. 
Mereka terkejut ketika masuk ke dalam rumah dan melihat seorang bayi 
sedang minum susu berwarna hijau yang berserabut dari sebuah kaleng 
timah. Baunya memberi isyarat kepada mereka bahwa bayi tersebut 
mungkin tidak pernah dimandikan. Sebelum ibunya meninggal, ia 
memberikan bayinya kepada Lillian dan Jenny, tetapi bayi perempuan itu 
tidak pernah berhenti menangis. Misionaris yang lain meminta mereka 
mengembalikan bayi perempuan tersebut dari asalnya. Lillian ketakutan. 
Ia seharusnya mematuhi mereka yang bertanggung jawab atasnya, tetapi 
ia tidak bisa melakukannya.

Lillian memutuskan bahwa ia akan mengembalikan bayi itu, tetapi ia 
juga akan tinggal bersamanya.

"Apa?" atasannya terkejut. "Seorang wanita lajang hidup bersama orang 
Arab? Jangan begitu bodoh, Lillian. Kau akan mati kelaparan, bahkan 
mungkin dibunuh."

Lillian adalah seorang wanita yang gemuk, berambut cokelat, dan 
bersuara bagaikan petir, "Saya yakin. Allah akan memelihara kami."

Setelah menyewa sebuah rumah kecil dan beberapa perabotan, ia tidak 
memiliki uang lagi. Dewan misi tidak memberinya apa-apa dan dengan 
saudarinya ia kembali ke Amerika, ia harus mengemis. Ia hanya 
mendapatkan uang yang cukup untuk makan sehari -- tiga puluh lima sen. 
Meski begitu, orang-orang masih memberikan bayi-bayi kepada mereka. 
Lillian mengambil mereka dan merawat mereka sebisa mungkin.

Akan tetapi, terkadang ia mengalami masalah yang begitu buruk. Pernah 
suatu kali, ia tidak bisa kembali kepada anak-anak dan harus bermalam 
di sel penjara dengan seekor keledai. Namun, Lillian merasa bahwa jika 
seekor keledai saja sudah cukup baik bagi Yesus, hal itu sudah cukup 
baik baginya.

Akhirnya, orang-orang mulai mengirimkan bertumpuk-tumpuk pakaian 
kepadanya dan terkadang uang. Para tetangganya yang adalah orang Mesir 
juga membantu. Ia menceritakan kepada mereka tentang kuasa Allah untuk 
menyelamatkan mereka dari dosa.

Ketika bayi-bayi itu terus berdatangan, Lillian mengatakan kepada 
Allah bahwa ia akan merawat mereka, tetapi Dia harus memberinya uang. 
Lord MacLay dari Skotlandia datang ke panti asuhannya dan memberinya 
100 dollar. Selanjutnya, dengan merasa bersalah bahwa ia tidak memberi 
cukup banyak, kemudian ia memberikan 5000 dollar. Kemudian, 20.000 
dollar.

Lillian membatalkan pernikahannya karena ia jauh lebih mengasihi 
Yesus. Sering kali, ia tidak pernah tahu dari mana makanan berikutnya 
akan datang. Akan tetapi, Lillian Trasher bahagia dan tidak pernah 
menoleh ke belakang, pada apa yang mungkin ia dapatkan. Hari ini, 
bertahun-tahun setelah kematiannya, panti asuhannya masih menjadi 
salah satu panti asuhan terbesar di dunia.

"Dan setiap orang yang karena nama-Ku meninggalkan rumahnya, 
saudaranya laki-laki atau saudaranya perempuan, bapa atau ibunya, 
anak-anak atau ladangnya, akan menerima kembali seratus kali lipat dan 
akan memperoleh hidup yang kekal." (Matius 19:29) (t/Odysius)

Diterjemahkan dari:
Judul buku: Missionary Stories from Around the World
Judul asli artikel: Mother of the Nile
Penulis: Betty Swinford
Penerbit: Christian Focus Publications, Denmark
Halaman: 81 -- 87


                              POKOK DOA

1. Mari berdoa kepada Tuhan Yesus untuk usaha pekabaran Injil di Benua 
   Afrika. Kiranya Tuhan membuka jalan untuk penyebaran Injil di sana 
   dan melembutkan hati penduduk Afrika untuk menerima Injil Yesus 
   Kristus.

2. Mari berdoa kepada Tuhan Yesus untuk para pekerja misi di Afrika. 
   Kiranya Tuhan yang meneguhkan panggilannya dan memberikan kekuatan 
   dalam mengabarkan Injil di Afrika.

3. Mari berdoa kepada Tuhan Yesus untuk anak-anak kecil di Afrika yang 
   kekurangan gizi. Kiranya Tuhan akan menggerakkan pemerintah dan 
   instansi terkait untuk semakin peduli pada keadaan anak-anak di 
   Benua Afrika.


"Segala sesuatu ini aku lakukan karena Injil, supaya aku mendapat 
bagian dalamnya." (1 Korintus 9:23)

< http://alkitab.mobi/?1korintus+9:23 >
< http://alkitab.sabda.org/?1korintus+9:23 >


        STOP PRESS: SUMBER BAHAN NATAL BERKUALITAS DARI SABDA

Natal kian menjelang, dan Anda yang aktif terlibat dalam pelayanan 
pasti sudah mulai berpikir untuk mempersiapkan bahan-bahan guna 
mempersiapkan acara Natal. Nah, dengan gembira kami menginformasikan 
bahwa Yayasan Lembaga SABDA (YLSA) telah menyediakan berbagai bahan 
seputar Natal, yang dapat Anda temukan di situs Natal Indonesia. 
Melalui situs Natal, Anda akan mendapatkan banyak bahan seperti: 
Renungan Natal, Artikel Natal, Cerita/Kesaksian Natal, Drama Natal, 
Puisi Natal, Tips Natal, Bahan Mengajar Natal, Blog Natal, Resensi 
Buku Natal, Gambar/Desain Natal, Lagu Natal, dll.. Situs ini sangat 
interaktif karena semua pengunjung bisa mendaftarkan diri, 
berpartisipasi aktif dengan mengirimkan tulisan, menulis blog, 
memberikan komentar, dan mengucapkan selamat Natal kepada pengunjung 
yang lain. 

Anda juga dapat ikut meramaikan komunitas Natal YLSA dengan bergabung 
menjadi anggota di Facebook Natal. Mari, kita bersama-sama menyongsong 
perayaan hari kedatangan Kristus ke dunia 2000 tahun yang lalu dengan 
menjadi berkat demi kemuliaan nama-Nya.

- Situs Natal: http://natal.sabda.org/
- Facebook Natal: http://fb.sabda.org/natal


Kontak: kisah(at)sabda.org
Redaksi: Amidya, Bayu, dan Yans
Berlangganan: subscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org
Arsip: http://sabda.org/publikasi/kisah/arsip/
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
(c) 2015 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org