Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/kisah/409 |
|
KISAH edisi 409 (6-4-2016)
|
|
____________PUBLIKASI KISAH (Kesaksian Cinta Kasih Allah)_____________ Edisi 409, 6 April 2016 KISAH -- Mark Poole Edisi 409, 6 April 2016 Salam kasih dalam Kristus, Setiap orang yang dipilih oleh Tuhan untuk melayani pasti akan selalu diperlengkapi dengan cara Tuhan yang luar biasa. Kasih-Nya selalu dinyatakan ketika kita benar-benar bertekun dalam panggilan pelayanan kita di mana pun kita ditempatkan untuk menjadi garam dan terang-Nya. Ketika kesulitan menghambat pelayanan kita jangan menyerah begitu saja, andalkan Tuhan Yesus. Seperti kisah Mark Poole yang mengalami keterbatasan fisik (penyakit jantung), tetapi dia tetap bertekad untuk mengabdikan diri sebagai misionaris medis. Ketika ia bertekad memberikan dirinya untuk melayani, maka Tuhan menolong dan memenuhi setiap kebutuhannya. Sungguh penyertaan Tuhan dinyatakan dalam hidup Mark Poole. Simaklah kesaksian tentang kisah hidupnya berikut ini. Kiranya kisah kesaksian Mark Poole dapat menjadi berkat untuk kita semua. Tuhan Yesus memberkati. Pemimpin Redaksi KISAH, Margaretha I. < indah(at)in-christ.net > < http://kesaksian.sabda.org/> MARK POOLE Penerbangan hutan umumnya tidak dianggap sebagai sesuatu yang dianjurkan untuk dilakukan seorang amatir tanpa latihan khusus dan pengalaman terbang yang mumpuni. Namun, kebutuhan akan perjalanan melintasi dataran hutan yang sulit telah menantang banyak misionaris untuk memenuhi impian menerbangkan pesawat mereka sendiri -- impian yang dengan cepat sirna ketika harga yang terlalu tinggi untuk transportasi semacam itu dipertimbangkan. Mark Poole, seorang dokter medis yang mengabdi di Kongo, telah sering kali memenuhi impian semacam itu -- bukan untuk kenyamanannya sendiri, tetapi secara luas untuk mengembangkan pelayanan medisnya dan untuk menyelamatkan nyawa- nyawa yang berharga -- dan ia adalah salah satu dari beberapa orang yang bertahan hidup untuk menyaksikan impiannya terpenuhi. Poole tumbuh sebagai koboi Texas pada tahun 1920-an, menghabiskan masa liburan sekolahnya dengan mengendarai kuda di peternakan milik ayahnya. Setelah selesai sekolah, ia melanjutkan ke Universitas John Hopkins untuk mendapat gelar medisnya. Ia hanya memiliki satu tujuan, yaitu untuk mengabdi sebagai misionaris medis di tempat yang sangat membutuhkan. Rekan-rekan dokternya tidak mendukungnya untuk usaha yang semacam itu karena keterbatasan fisiknya yang serius, yaitu penyakit jantung, tetapi Poole telah bertekad untuk memberikan hidupnya di mana ia bisa meringankan penderitaan banyak orang. Lalu, ia diterima oleh Board of World Missions of Presbyterian Church (Dewan Misi Dunia Gereja Presbiterian - Red.), Amerika Serikat, dan pada tahun 1936 ia beserta istrinya memulai pekerjaan mereka di Afrika dekat khatulistiwa di sebuah area yang dinyatakan oleh sekelompok penyelidik medis sebagai "area yang paling serius mengidap penyakit di dunia". Pelayanan Poole berpusat di Bulape, Kongo. Di sana, ia mendirikan sebuah rumah sakit dengan fasilitas seratus dua puluh ranjang, sebagian besar pegawai rumah sakit Poole adalah warga negara Kongo yang ia latih sendiri. Meskipun waktunya sendiri menuntut operasi dan pekerjaan rutin rumah sakit dan kantor (tidak pernah kurang dari seratus pasien sehari), ia tidak puas dengan perawatan terbatas yang bisa ia tawarkan, ia mengingat masih banyaknya orang sakit yang berada jauh di dalam hutan. Mereka tidak memiliki pelayanan medis sama sekali, kecuali pada saat-saat ketika, dalam keadaan darurat sekali, ia berhasil datang menggunakan perahu sampan, berjalan kaki, atau dengan Plymouth tuanya yang sudah usang. Akan tetapi, dalam banyak kasus, ia sering datang terlambat. "Suatu saat aku akan membeli sebuah pesawat," Poole berkata kepada temannya, pada tahun 1947, saat ia bercerita tentang kekecewaannya terhadap pekerjaan medisnya. Meskipun terlihat seperti khayalan kosong, Poole serius akan hal itu. Ia telah belajar terbang bertahun- tahun sebelumnya, dan penerbangan sudah menjadi hasrat yang sama besarnya baginya selain ilmu pengobatan. Impian untuk bisa menerbangkan pesawatnya sendiri menjadi kenyataan pada tahun 1951 ketika sebuah gereja Presbiterian di Florida mendonasikan sebuah Piper Tri-Pacer kepadanya untuk mengenang putra pendeta mereka, seorang pilot Angkatan Laut. Sejak hari pertama pesawat itu tiba di Kongo, pelayanan Poole mendapat wajah yang baru. Ia tidak lagi terikat di Bulape. Ia sekarang bebas untuk melayani pos- pos medis di mana tidak ada perawatan medis yang tersedia sebelumnya. Bambuya, 26 mil ke utara dari Bulape, sebuah lokasi landasan udara pemerintah, adalah lokasi klinik terpencilnya yang pertama. Di sana, ia mendirikan klinik yang beratapkan jerami, ia menempatkan seorang asisten orang Afrika untuk menangani masalah medis rutin. Setiap minggu, Poole kembali untuk membawa persediaan, menangani masalah- masalah yang lebih serius, dan membawa pasien yang sakit keras kembali ke Bulape untuk dirawat inap. Reputasi dokter penerbang dengan cepat tersebar ke seluruh wilayah, dan suku-suku terpencil lain menginginkan pelayanan medis yang serupa. Salah satu suku tersebut adalah suku Batua, sekelompok suku Pygmy primitif yang hidup sekitar 75 mil dari Bulape. Begitu besar keinginan mereka akan perawatan medis sehingga sekelompok kecil dari suku ini melakukan perjalanan yang sulit ke Bulape, dengan teliti memeriksa landasan udaranya, dan kemudian pulang, siap untuk menjiplak apa yang telah mereka lihat. Selama berminggu-minggu, suku Batua bekerja dengan terburu-buru dengan batang-batang kayu dan keranjang, membersihkan pohon-pohon dan semak-semak serta menghaluskan medan yang kasar. Landasan udara itu belum sepenuhnya siap ketika darurat medis muncul, dan seorang dari suku itu diutus ke Bulape untuk menjemput sang Nganga Buka (penyembuh putih yang ajaib). Meskipun Poole telah mendengar desas-desus tentang landasan udara baru yang sedang dibangun, ia meragukan landasan itu akan aman untuk pendaratan, tetapi pelari itu sangat mendesaknya sehingga ia setuju untuk memeriksanya. Sebuah pengamatan udara jarak dekat menjadi kejutan yang menyenangkan, dan Poole memutuskan untuk mencoba melakukan pendaratan: "Ketika Piper itu melintasi pepohonan dan Dr. Poole melangkah pada landasan udara mereka, orang suku kecil itu ... melonjak kegirangan. Sepanjang malam dan esok harinya, mereka menari ... dan memasak kijang dan babi liar ... untuk perayaan." Saat Poole melanjutkan pelayanan medis terbangnya, ia mendirikan lebih banyak klinik terpencil. Selama 3 tahun pertama saja dari pelayanan yang sudah berkembang ini, ia telah terbang lebih dari sekitar 35.000 mil, merawat ribuan pasien, dan menyelamatkan ratusan nyawa. Ia melayani lebih dari sekadar kebutuhan fisik orang-orang. "Tidak ada operasi," menurut George Kent, "yang dimulai dengan doa yang diucapkan dalam bahasa asli. Dan, beberapa kali dalam seminggu, Mark melepaskan sarung tangan dan celemeknya, kemudian berdiri di belakang mimbar dan berkhotbah kepada orang-orang." (t/Odysius) Diterjemahkan dari: Judul buku: From Jerusalem to Irian Jaya Judul artikel: Mark Poole Penulis: Ruth A. Tucker Penerbit: Zondervan Corporation, Grand Rapids 1983 Halaman: 407 -- 408 POKOK DOA 1. Mari kita berdoa kepada Tuhan Yesus untuk orang-orang yang terpanggil dalam pelayanan misi di daerah-daerah terpencil, seperti di suku Batua dan suku Pygmy. 2. Mari kita berdoa kepada Tuhan Yesus supaya setiap perlengkapan medis maupun nonmedis serta obat-obatan yang diperlukan untuk melanjutkan pelayanan di daerah terpencil bisa tercukupkan dan segera terpenuhi. Dengan demikian, tidak ada pasien yang terbengkalai karena kekurangan peralatan maupun obat-obatan. 3. Mari kita berdoa kepada Tuhan Yesus untuk suku Batua dan suku Pygmy di Afrika. Kiranya mereka tidak hanya menantikan pertolongan medis yang menyembuhkan sakit mereka, tetapi mereka juga menanti-nantikan Tuhan yang akan menyelamatkan jiwa mereka. "Lihatlah bahwa iman bekerja sama dengan perbuatan-perbuatannya, dan oleh perbuatan-perbuatan, iman disempurnakan." (Yakobus 2:22, AYT) < http://alkitab.mobi/ayt/Yak/2#v22 > < http://alkitab.sabda.org/verse.php?version=ayt > STOP PRESS: SITUS SEJARAH ALKITAB INDONESIA Tahukah Anda bahwa hingga saat ini sudah ada paling sedikit 22 Alkitab yang pernah diterjemahkan dan diterbitkan dalam bahasa Melayu- Indonesia? Tahukah pihak-pihak yang telah menerjemahkan Alkitab yang selama ini kita miliki? Bagaimana kisah-kisah di balik penerjemahan Alkitab? Situs Sejarah Alkitab Indonesia < http://sejarah.sabda.org/ > hadir untuk memberikan Anda informasi paling lengkap tentang seluk-beluk penerjemahan Akitab di Indonesia, mulai dari sejarah, bagan data, dan berbagai artikel menarik yang perlu untuk diketahui. Segeralah berkunjung ke situs Sejarah Alkitab Indonesia < http://sejarah.sabda.org/ > dan perkaya pengetahuan dan wawasan Anda tentang Alkitab Anda selama ini! Kontak: kisah(at)sabda.org Redaksi: Margaretha I., N. Risanti, Odysius, Santi T., Amidya, dan Hossiana Berlangganan: subscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org Berhenti: unsubscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org Arsip: http://sabda.org/publikasi/kisah/arsip/ BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati (c) 2016 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |