Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/kisah/410

KISAH edisi 410 (4-5-2016)

Mengapa Saya Menjadi Penulis Kristiani? Karena di Sini Ada Cinta

____________PUBLIKASI KISAH (Kesaksian Cinta Kasih Allah)_____________
                       Edisi 410, 4 Mei 2016


KISAH -- Mengapa Saya Menjadi Penulis Kristiani? Karena di Sini Ada Cinta
Edisi 410, 4 Mei 2016


Salam Kasih,

Hidup dalam lingkungan yang mengenal Tuhan Yesus belum tentu menjamin 
orang percaya memiliki iman yang kuat. Iman yang kuat hanya akan 
terbentuk apabila seseorang memiliki relasi yang dekat dengan Tuhan 
dan pengenalan yang mendalam akan Dia. Tidak dimungkiri bahwa dalam 
kehidupan kita sehari-hari, kedekatan relasi dengan Tuhan justru 
terbangun ketika kita mengalami berbagai peristiwa yang kurang 
menyenangkan dan kita kembali kepada-Nya. Percayalah bahwa dalam 
peristiwa yang tidak menyenangkan pun, Tuhan memiliki rencana untuk 
membentuk pribadi yang tahan uji dan memiliki karakter Kristus.

Peristiwa hidup yang tidak menyenangkan juga dialami Ida Cynthia, 
tokoh kesaksian kali ini. Kehilangan seorang ayah membuat dia 
mengalami masa krisis dengan Tuhan. Ketika Ida Chytia memiliki sikap 
untuk diam dan berserah, Tuhan pun berperkara dalam hidupnya. KISAH 
410 kali ini memotivasi kita untuk semakin taat dalam setiap panggilan 
pelayanan yang Tuhan percayakan kepada kita. Simaklah kesaksian 
berikut ini, dan kiranya setiap kita dapat didorong untuk memiliki 
semangat dalam mengembangkan setiap talenta kita. Selamat membaca. 
Tuhan Yesus memberkati.

Pemimpin Redaksi KISAH,
Margaretha I.
< indah(at)in-christ.net >
< http://kesaksian.sabda.org/>


  MENGAPA SAYA MENJADI PENULIS KRISTIANI? KARENA DI SINI ADA CINTA

Ia menyadari panggilan-Nya untuk menyaksikan Injil bagi setiap orang 
di segala tempat. Untuk itu, ia menulis tentang kasih Allah, dan 
segala hal tentang Dia. Pada mulanya, ia hanya mengetahui bahwa Yesus 
itu adalah orang baik, dan Tuhan yang sama yang dipercayai semua 
orang. Karenanya, jika ada tulisannya yang menyisipkan kata Tuhan, 
yang dia maksud adalah Tuhan yang sebatas itu saja. Dahulu, dia tidak 
tahu apa yang dia tulis.

Ayah Ida adalah seorang yang pernah berkecimpung di bidang penerbitan. 
Waktu itu, Ida tidak tahu sebenarnya ayahnya sering melibatkannya 
dalam hal tulis-menulis dengan menyuruh Ida menilai karya-karyanya. 
Sebelumnya, Ida sudah akrab dengan bacaan-bacaan. Bacaan-bacaan 
tersebut tidak hanya buku-buku H.C. Anderson, tetapi juga buku-buku 
cerita Alkitab. Namun, cerita-cerita Alkitab itu tidak dipahaminya 
secara rohani. Dia memahami cerita-cerita Alkitab itu seperti dia 
memahami cerita "Gadis Korek Api" karya H.C. Anderson. Kesukaan 
membaca buku-buku tersebut berlanjut sampai pada kesukaan membaca 
majalah dan membaca bacaan yang sedikit lebih berat. Dan, saat itulah, 
Ida ingin menulis sesuatu seperti yang dibacanya. Dengan perjuangan 
yang keras, bahkan hampir putus asa, Ida terus menulis. Ayahnya terus 
memberi dukungan kepadanya. Meskipun begitu, keberanian menulis Ida 
masih saja di lingkungan sendiri.

Suatu saat, ada perasaan tidak puas dalam hatinya karena tidak berani 
menulis keluar. Karena itu, ia membaca tulisan yang ditulis oleh 
orang-orang muda, baik di majalah maupun buku-buku. Lalu, ia berniat 
untuk mencoba. Ia juga belajar dari teman penulis yang sudah 
berpengalaman. Ia bertanya, ia membaca, kemudian ia mencoba menulis 
keluar. Ternyata, hasilnya mengecewakan. Tebersit pemikiran bahwa ia 
memang bisa menulis, tetapi ia bukan penulis. Namun, hal itu tidak 
menghentikannya. Ia mencoba dan terus mencoba, dan pada akhirnya, ia 
berhasil menulis keluar. Tentu saja ia merasa gembira.

Dengan berjalannya waktu, Ida menyadari bahwa Tuhan telah merencanakan 
hidupnya. Ida menyadari bahwa ketika dia duduk di bangku sekolah 
menengah yang dapat menghasilkan "penjual kata lewat lisan dan 
tulisan" itu karena ada yang menuntunnya ke sana. Ya, Dialah Tuhan. 
Tulisan-tulisannya mulai menyinggahi banyak tempat. Namun anehnya, Ida 
masih merasa tidak puas dengan apa yang dilakukannya walaupun ia telah 
berhasil menulis keluar sesuai dengan keinginannya. Ida hampir tidak 
mendapat jawaban atas perasaan tidak puasnya itu. Sekalipun Ida tetap 
berada dalam suasana hidup orang Kristen, tetapi ia tidak mempunyai 
persekutuan yang manis dengan Tuhan. Ia tidak mengenal kelahiran baru 
sehingga Ida berpendapat bahwa Tuhan ya Tuhan, diingat kalau memang 
ingin diingat.

Pada tahun 1979, ayahnya meninggal dunia. Karena sangat kehilangan, 
Ida memprotes Tuhan, dan masa-masa ini menjadi masa-masa krisis dalam 
hubungannya dengan Tuhan. Namun, dia tidak dapat memprotes dan tidak 
dapat marah kepada Tuhan. Pada saat Ida berdiam diri, Tuhan berbicara 
kepada-Nya demikian, "Rancangan-Ku bukanlah rancanganmu dan jalanmu 
bukanlah jalan-Ku" (Yesaya 55:8). Dengan demikian, Ida mengerti bahwa 
perkara yang terjadi itu adalah yang terbaik untuknya. Selang satu 
bulan, Ida kembali diproses untuk mengakui bahwa ia adalah makhluk 
kecil yang lemah. Sakit keras dan kesembuhan Ilahi membuat Ida 
bertekuk lutut, dan pada akhirnya mengakui bahwa Yesus mengasihinya. 
Ida kembali kepada-Nya. Pada saat kebaktian tahunan di Batu, Malang, 
pada tahun 1980, Ida mengikuti pelayanan pribadi dan di situ ia 
mengerti betapa besarnya cinta Tuhan kepada dirinya. Kemudian, Ida 
berkomitmen akan menulis untuk kemuliaan nama-Nya.

Perjalanan keinginan tidak mudah diwujudkan. Ida terus bergumul dengan 
komitmennya itu. Langkah praktis yang dilakukannya adalah membaca dan 
terus membaca. Ida membaca "Perjalanan Bersama Yesus" dari John Sung, 
Esther Ahn Kim, Nicky Cruz, Hudson Taylor, dan dari banyak hamba Tuhan 
lainnya. Dari situ, Ida menyadari bahwa semua anak Tuhan menjadi 
saksi-saksi-Nya dengan berangkat dari ketidaklayakan. Dan, sepanjang 
hidup mereka tidak menjadi sia-sia karena mereka berbuat sesuatu untuk 
kemuliaan Tuhan. Ida ingin seperti mereka.

Kemudian, Ida menulis untuk Dia yang dicintainya tanpa pamrih. Ida 
menyadari bahwa dengan talenta yang Tuhan berikan kepadanya, ia 
mempunyai kesempatan untuk memuliakan-Nya. Dan, sejak itu, Ida menulis 
tentang Tuhan supaya orang mengenal-Nya dan mereka yang mengenal-Nya 
pun menyadari kehadiran-Nya. Sekalipun jalannya tidak mudah, tetapi 
Ida terus menulis karena Ia rindu menyaksikan Tuhan terutama melalui 
apa yang dapat diberikannya, yaitu menulis. Ida mengakui bahwa memang 
ia tidak akan pernah menulis tanpa membaca, dan Ida menyadari hubungan 
erat antara keduanya. Dari Injil, Ida banyak mengenal tentang Dia. 
Dari mereka yang penulisnya tidak Ida kenal, ia mengenal cinta-Nya 
pada masa kini. Demikian Ida memuliakan Tuhan melalui talenta yang 
diberikan kepadanya, yaitu menulis.

Diambil dari:
Nama situs: PELITAKU
Alamat URL: http://pelitaku.sabda.org/mengapa_saya_menjadi_penulis_kristiani_karena_di_sini_ada_cinta
Judul artikel: Mengapa Saya Menjadi Penulis Kristiani? Karena Di Sini Ada Cinta
Penulis artikel: Ida Cynthia S.
Tanggal akses: 21 Januari 2016


                              POKOK DOA

1. Bersyukur kepada Tuhan Yesus karena akhirnya Ida boleh mengenal 
   Kristus secara pribadi. Berdoalah supaya setiap tulisannya menjadi 
   berkat bagi para pembaca untuk mengenal Dia.

2. Berdoa bagi setiap generasi muda supaya mereka memiliki ketekunan 
   untuk mengembangkan setiap talenta mereka dan memberikan diri 
   mereka untuk melayani Tuhan.

3. Berdoalah bagi para penulis Kristen supaya mereka memiliki hubungan 
   yang dekat dengan Tuhan dan memiliki visi yang jelas dalam menulis 
   sehingga firman Tuhan dapat diberitakan dalam setiap karya tulis 
   mereka.


"Lihatlah bahwa iman bekerja sama dengan perbuatan-perbuatannya, dan 
oleh perbuatan-perbuatan, iman disempurnakan." (Yakobus 2:22, AYT)

< http://alkitab.mobi/ayt/Yak/2#v22 >
< http://alkitab.sabda.org/?Yak+2:22&version=ayt >


        STOP PRESS: BERGABUNGLAH DALAM KOMUNITAS BIO-KRISTI!

Mari bergabung menjadi komunitas Kristen yang memiliki pengetahuan dan 
wacana mendalam tentang tokoh-tokoh besar Kristen dalam Facebook dan 
Twitter Bio-Kristi. Dengan menjadi anggota komunitas Bio-Kristi, Anda 
akan mendapat berbagai inspirasi dan pengetahuan tentang hidup yang 
mengasihi Allah dan bertujuan pada kehendak-Nya. Komunitas Bio-Kristi 
akan menampilkan berbagai kutipan, kisah hidup, pengetahuan, serta 
akses kepada artikel-artikel yang bermutu dari para tokoh Kristen 
dunia maupun Indonesia, yang telah menorehkan dampak melalui hidup dan 
karya mereka. Bersama komunitas Bio-Kristi, kita akan bersama-sama 
menggemakan hidup yang memancarkan kasih kepada Allah dan sesama.

Jadi, tunggu apa lagi, segera bergabung dengan komunitas Bio-Kristi di:
Facebook Bio-Kristi: < http://fb.sabda.org/biokristi >
Twitter Bio-Kristi: < http://twitter.com/sabdabiokristi > 

Kami tunggu!


Kontak: kisah(at)sabda.org
Redaksi: Margaretha I., N. Risanti, Odysius, dan Santi T.
Berlangganan: subscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org
Arsip: http://sabda.org/publikasi/kisah/arsip/
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
(c) 2016 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org