Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/kisah/47 |
|
KISAH edisi 47 (26-11-2007)
|
|
______________________________PUBLIKASI_______________________________ KISAH ____________________(Kesaksian Cinta Kasih Allah)_____________________ Edisi 47, 26 November 2007 PENGANTAR Tentu kita memimpikan memiliki rumah tangga yang ideal dan harmonis. Namun jika keadaan buruk tidak terelakkan, apa yang akan kita lakukan? Efek dari permasalahan rumah tangga, khususnya perselingkuhan dan perceraian, tidak hanya dirasakan beberapa saat setelah peristiwa terjadi. Tapi dapat berlangsung sepanjang hidup, baik bagi pasangan maupun anak-anak, dan bisa menyebabkan gangguan psikologis. Berikut ini kesaksian seorang wanita yang tetap mengandalkan kekuatan Tuhan dalam permasalahan keluarga yang dia hadapi sehingga melalui pelayanan konseling yang digelutinya, tidak hanya dia dan anak-anaknya saja yang dikuatkan, tapi orang lain juga. Mari kita simak, dan kiranya dapat menjadi berkat. Pimpinan Redaksi KISAH, Pipin Kuntami ______________________________________________________________________ KESAKSIAN KEHADIRAN-NYA MEMULIHKAN ======================== JAKARTA -- Desember lalu adalah Natal kelima yang harus saya lewati bersama ketiga anak saya yang masih kecil-kecil. Lima tahun sudah suami saya meninggalkan Tuhan dan menelantarkan saya dan anak-anak demi kehidupan barunya dengan wanita lain. Enam bulan pertama saat kepergian suami, hati saya remuk. Begitu juga dengan jiwa anak-anak yang hancur berpuing-puing. Saat itu, saya dan anak-anak sempat mengalami depresi berat. Saya semakin putus asa karena doa-doa saya yang meminta Tuhan untuk mengembalikan suami saya tidak terkabul. Sempat terlintas dalam pikiran saya untuk meninggalkan Tuhan yang saya anggap tuli, buta, dan melalaikan saya. Terlebih lagi, banyak gereja yang hanya mau melayani kaum janda yang ditinggal mati pasangannya, tetapi menutup mata terhadap kaum perempuan yang ditinggal selingkuh, diceraikan, ataupun ditelantarkan pasangannya. Belum sempat saya berjalan terlalu jauh meninggalkan-Nya, Tuhan mengirimkan rohaniwan, konselor, dan kawan-kawan rohani untuk menopang jiwa dan membalut luka hati saya. Setelah menjalani konseling dan terapi yang cukup lama, akhirnya saya bisa mengampuni suami walau dari mulutnya tidak pernah terucap kata maaf sekali pun. Tidak hanya mengampuni, saya berusaha untuk mendoakan, memintakan berkat, dan menjalin hubungan baik dengan mantan suami saya. Sejak saat itu, Tuhan memulihkan hati saya dan Dia telah melumpuhkan sengat-sengat dari kenangan pahit saya. Tuhan mengizinkan saya untuk tetap mengingat pengkhianatan suami tanpa harus merasakan lagi sengatnya. Ketika mencari hikmat, saya tahu bahwa Tuhan sedang berkarya lewat kegagalan rumah tangga saya. Rencana manusia boleh saja gagal, tetapi rencana Tuhan tidak pernah gagal dan kegagalan saya tidak akan menggagalkan rencana Tuhan untuk menyelamatkan saya dan keturunan saya. Itulah sebabnya, saya tidak lagi menyalahkan suami dan istri barunya, serta orang-orang yang mendukung mereka. Walaupun pada awalnya saya merasa apa yang mereka lakukan mengoyak jiwa, akhirnya saya bisa merasakan tangan Tuhan yang membebat hati saya. Lebih ajaib lagi, Tuhan menggunakan penderitaan saya untuk meringankan dan memulihkan hati anak-anak Tuhan yang lain. Walaupun kesaksian hidup saya banyak menolong anak-anak Tuhan untuk bangkit dari keterpurukan, bukan berarti karier pelayanan saya menemui jalan mudah. Tidak sedikit gereja yang memarginalkan saya karena dianggap tidak mampu membangun keluarga yang harmonis. Beberapa rohaniwan bahkan mengingatkan saya untuk tidak memimpikan jabatan majelis atau pelayan Tuhan di gereja karena hidup saya dianggap cacat. Saya pun mencoba mencari kembali makna hidup di luar gereja supaya saya tetap merasa berharga dan berguna bagi orang lain, sebagaimana Tuhan menganggap saya berharga dan penting di dalam rencana-Nya. Itulah sebabnya, saya memilih persekutuan HOPE-LK3 yang merupakan "bengkel hati" bagi anak-anak Tuhan yang mengalami masalah perselingkuhan, perceraian, dan disharmoni dengan pasangan. Di sana, saya bisa "mengais" jiwa-jiwa yang "terbuang" dan tak terlayani oleh gereja. Hampir satu setengah tahun saya bergaul dengan Ibu Lily dalam komunitas senasib di HOPE-LK3. Saat perkenalan pertama, saya melihat wajah Ibu Lily sangat dingin dan tidak menarik, seolah menyimpan derita yang begitu besar. Sudah tiga tahun lebih Ibu Lily pisah ranjang karena suaminya memilih tidur dengan istri simpanannya. Walaupun sudah lama bergabung dalam HOPE-LK3, baru beberapa bulan terakhir ini Ibu Lily mau membagi beban. Ia menangis, menumpahkan sejuta kekecewaannya. Tak banyak yang bisa saya lakukan kecuali duduk diam di sampingnya, mendengarkan, dan menatapnya penuh empati, sambil sesekali memberikan tisu untuk menyeka air mata yang membanjiri wajah Ibu Lily. Setelah puas menangis, wajah Ibu Lily tampak lebih cerah dan memancarkan kecantikan yang luar biasa. Saya bersyukur karena persekutuan HOPE-LK3 telah dipakai Tuhan untuk mengeluarkan nanah-nanah dari hati Ibu Lily. Ibu Lily yang dulu selalu menyalahkan suami dan wanita penggodanya perlahan-lahan belajar mengampuni suaminya. Ibu Lily yang sudah tiga tahun tidak bertegur sapa dengan suaminya, akhirnya mau merendahkan diri di hadapan Tuhan untuk membuka kembali komunikasi. Ketika LK3 merayakan Natal, Ibu Lily mengundang suaminya tanpa memikirkan bagaimana respons yang akan didapatnya. Walaupun suaminya tak menanggapi undangan tersebut, Ibu Lily tetap tersenyum karena ia melakukannya bukan untuk suaminya, tetapi untuk Tuhan. Saat merayakan Natal, saya dan Ibu Lily mencoba memaknai kehadiran Kristus dalam keluarga kami yang tak utuh lagi. Kami meyakini bahwa kehadiran Tuhan bukan untuk meniadakan masalah atau membuat kami kebal dari virus yang melukai hati. Melalui Natal, kami percaya Kristus datang untuk memulihkan hati kami walau keadaan sangat sulit. Walaupun pasangan kami terus melukai hati kami, tetapi kami harus tetap bersikap baik sebagaimana yang Tuhan kehendaki. Lewat Natal, Tuhan hadir untuk memulihkan hubungan kami dengan Tuhan. Kami tidak lagi mempermasalahkan apa yang terjadi dan apa yang akan Tuhan kerjakan. Yang terpenting bagi kami adalah melakukan bagian kami untuk mengampuni, mengasihi, dan memberkati orang lain. Kami percaya Tuhan hadir untuk mengerjakan bagian-Nya. Kami percaya, melalui Natal kali ini, Tuhan menginginkan kami memulihkan hubungan sosial dengan pasangan/mantan pasangan kami, walaupun hubungan itu tak seindah yang kami impikan. Diambil dari: Nama situs : Sinar Harapan Judul artikel: Kehadiran-Nya Memulihkan Penulis : Mundhi Sabda Hardiningtyas Alamat URL : http://www.sinarharapan.co.id/berita/0701/13/opi03.html ______________________________________________________________________ "tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah." (Yesaya 40:31) < http://sabdaweb.sabda.org/?p=Yesaya+40:31 > ______________________________________________________________________ POKOK DOA 1. Berdoalah bagi mereka yang saat ini sedang mengalami permasalahan rumah tangga, kiranya Tuhan senantiasa memelihara hidup dan menjaga hati mereka sehingga mereka tetap mensyukuri hidup yang Tuhan percayakan. 2. Tentu saja permasalahan rumah tangga tidak bisa diabaikan dan harus diselesaikan. Oleh karena itu, mintalah hikmat dari Tuhan untuk dapat mengatasinya dengan cara yang benar seturut kehendak-Nya. 3. Doakan juga agar Tuhan senantiasa mengirimkan anak-anak-Nya untuk memberi dukungan secara moral dan rohani kepada setiap mereka yang menghadapi masalah keluarga. 4. Meskipun saat ini rumah tangga kita tidak dalam kondisi yang kita harapkan, mintalah kekuatan dari Tuhan supaya kita tetap menjalani hidup dengan benar, malahan terus menjadi saksi bagi kebaikan Tuhan bagi mereka yang lemah imannya dan memerlukan penghiburan. ______________________________________________________________________ DARI REDAKSI Pada bulan Januari 2008 mendatang, publikasi KISAH genap berusia satu tahun. Berbagai kisah yang menuturkan kasih Tuhan dalam kehidupan anak-anak-Nya telah kami sajikan bagi Anda sepanjang 2007 ini. Maka lewat kesempatan ini kami mengundang Anda sebagai pembaca dan pelanggan KISAH untuk memberikan kesaksian, kesan, maupun tanggapan pribadi Anda terhadap publikasi ini. Tidak lupa, kami pun mengharapkan saran dan kritik Anda agar kami dapat memaksimalkan pelayanan melalui publikasi ini, bahkan bisa terus memberkati banyak orang. Silakan isi kuesioner di bawah ini dan kirim kembali kepada kami. --------------------------potong di sini---------------------------- 1. Kesaksian/kesan Anda terhadap Publikasi KISAH: 2. Saran/kritik/masukkan Anda untuk Publikasi KISAH: ----------------kirim ke < kisah(at)sabda.org >--------------------- ______________________________________________________________________ Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA Didistribusikan melalui sistem network I-KAN Copyright(c) 2007 YLSA YLSA -- http://ylsa.sabda.org/ http://katalog.sabda.org/ Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati ______________________________________________________________________ Pimpinan Redaksi: Pipin Kuntami Staf Redaksi : Puji, Raka, Yulia Kontak : < kisah(at)sabda.org > Berlangganan : < subscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org > Berhenti : < unsubscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org > Arsip KISAH : http://www.sabda.org/publikasi/Kisah/ Situs KEKAL : http://kekal.sabda.org/ ______________________________________________________________________
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |