Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/kisah/56 |
|
KISAH edisi 56 (4-2-2008)
|
|
______________________________PUBLIKASI_______________________________ KISAH ____________________(Kesaksian Cinta Kasih Allah)_____________________ Edisi 56, 4 Februari 2008 PENGANTAR Saya sangat menikmati saat-saat penyampaian firman Tuhan. Taburan setiap benih firman Tuhan yang disampaikan oleh pengkhotbah menjadi berkat yang begitu menguatkan iman saya. Apalagi didukung dengan suasana yang begitu hikmat di mana sidang jemaat dengan tenang mendengarkan pengajaran firman Tuhan. Tidak jarang pula saya merasakan angin sepoi-sepoi tiba-tiba berhembus ke dalam ruangan dan membuat bulu-bulu kecil di tangan saya berdiri. Terlepas dari bagaimana cara sang pengkhotbah menyampaikan kebenaran firman Tuhan, sering kali ada gambaran indah di kepala saya, yaitu seolah-olah Tuhan sendiri yang sedang berbicara. Apakah Anda juga menikmati saat-saat firman Tuhan disampaikan melalui hamba-Nya? Masih ingatkah Anda isi khotbah yang disampaikan hari Minggu kemarin? Kisah berikut kiranya membuka mata rohani kita bahwa setiap firman Tuhan yang disampaikan oleh hamba-Nya berkuasa untuk mengubah seseorang. Jangan abaikan, bahkan melupakan apa saja yang difirmankan Tuhan ketika khotbah disampaikan, karena firman itu dapat mendewasakan iman kita di dalam-Nya. Pimpinan Redaksi KISAH, Pipin Kuntami ______________________________________________________________________ KESAKSIAN GEORGE WHITEFIELD, PENIRU GERAK-GERIK PENDETA ============================================= "Saudara-saudara yang kekasih, dengarlah kata-kata yang keluar dari mulut saya. Saya membawa pesan Allah Yang Maha kuasa." Orang-orang yang berkumpul di kedai minuman itu tertawa terbahak-bahak. "Bagus, Nak! Bagus!" teriak seorang pria gemuk pendek sambil mengangkat gelas birnya. "Seandainya aku tidak melihatmu, Nak, aku mungkin tertipu," kata seorang langganan lainnya. "Kukira Pendeta Cole tua yang membentak-bentak di kedai minuman ibumu." George Whitefield muda, yang baru berumur lima belas tahun itu, melakukan tipuannya yang paling disukai, yaitu menirukan Bapak Cole, Pendeta Southgate Chapel di Gloucester, Inggris. Menirukan pendeta di daerahnya telah menjadi suatu hiburan yang dilakukannya setiap malam sementara ia mengurus kedai itu untuk ibu dan ayah tirinya. Bakat George Whitefield dalam hal menirukan dan bermain sandiwara itu terkenal di daerahnya. Di sekolah, ia selalu disuruh mengucapkan pidato apabila bapak walikota mengadakan kunjungan tahunannya. Kadang-kadang ia membolos dari sekolah beberapa hari berturut-turut untuk latihan sandiwara. Ketika ia mencapai umur lima belas tahun, ia berhenti sekolah. Ibunya mengatakan bahwa ia diperlukan untuk membantu di kedai keluarganya itu. Demikianlah, pemuda yang kelak menjadi penginjil yang terkenal di dunia tersebut menghabiskan waktunya setiap sore dan malam dengan mengepel lantai, menghidangkan bir, dan menirukan Bapak Cole, sang pendeta. Pada suatu malam, George dan teman-temannya masuk serta mengganggu kebaktian yang dipimpin oleh pendeta itu. Dengan berteriak-teriak, "Bapak Cole Tua! Bapak Cole Tua!", anak-anak lelaki itu hampir mengubah kebaktian itu menjadi kekacauan. Apa yang tidak diketahui oleh teman-teman George dan langganan-langganan kedai itu ialah bahwa di dalam hatinya, George sungguh-sungguh tertarik akan khotbah-khotbah Bapak Cole. Sering kali setelah kedai minuman itu ditutup, pemuda itu duduk sampai jauh malam membaca Alkitab. Pada suatu hari, seorang temannya mampir ke kedai itu dan menyarankan agar George memikirkan untuk pergi ke Oxford. "Kamu dapat melanjutkan pendidikanmu dengan bekerja keras." George berkonsultasi dengan ibunya, dan disetujui bahwa ia sebaiknya kembali ke sekolah serta menyelesaikan pelajaran-pelajarannya agar dapat memenuhi syarat untuk masuk ke universitas. Ketika pelayan kedai yang masih muda itu akhirnya sampai di Oxford, ia bertemu dengan John dan Charles Wesley. Kedua bersaudara itu telah membentuk "Perkumpulan Suci" yang disebut oleh mahasiswa-mahasiswa yang suka mengejek sebagai "Perkumpulan Orang Saleh", "Kutu-kutu Alkitab", "Fanatik-fanatik Alkitab", dan paling sering "Kaum Metodis", karena acara kebaktian rutin dan teratur yang mereka ikuti. Meski demikian, George tertarik oleh kebiasaan-kebiasaan agama yang sangat ketat dan ibadah yang dipatuhi oleh kedua bersaudara Wesley. Dalam tahun kedua di Oxford, ia menjadi anggota perkumpulan itu, serta bersumpah akan hidup sesuai dengan peraturan yang ada. Ia berpuasa serta berdoa sama salehnya seperti anggota-anggota "Perkumpulan Suci" lainnya. Tetapi alangkah kecewanya, ia tidak menemukan damai di dalam jiwanya. Charles Wesley meminjamkan sebuah buku kepadanya, yang berjudul "Kehidupan Allah di Dalam Jiwa Manusia". Ajaran-ajaran dalam buku itu seolah-olah merupakan berkas-berkas cahaya yang menyinari hati pemuda Whitefield. "Allah telah menunjukkan kepadaku bahwa agama yang benar merupakan kesatuan jiwa dengan Allah, dan Kristus menyatakan diri dalam hati kita," yang kemudian ditulis Whitefield. Dalam mencari agama yang benar ini, George Whitefield membiasakan dirinya berdoa dengan tekun. Setiap malam, ia mengeluh dan mengerang di tempat tidurnya, sambil memerintahkan iblis agar pergi dari padanya. Ia mencoba hidup dengan menahan lapar dan memberikan hampir semua uangnya kepada orang miskin. Ia memakai sarung tangan wol yang kasar, pakaian yang penuh tambalan, dan sepatu kotor. Akhirnya, karena ia mencari kesatuan dengan Allah secara terburu-buru dan dipaksakan, ia menjadi sakit. Kemudian pada suatu hari, ia ingat bahwa pernyataan Yesus akan rasa haus-Nya terjadi pada saat Ia tergantung di salib. Penderitaan-penderitaannya hampir berakhir, tiba-tiba Whitefield yang masih muda itu menjatuhkan dirinya di tempat tidur. "Aku haus! Aku haus!" teriaknya. Kemudian ia bersaksi mengenai apa yang dialaminya. "Tidak lama setelah itu, aku merasa dalam diriku bahwa aku dibebaskan dari beban. Perasaan duka telah diangkat dari dalam diriku, dan aku tahu apa yang menyebabkan aku sungguh-sungguh bersukacita di dalam Allah penebusku." Baru setahun kemudian, Whitefield menyampaikan khotbahnya tentang doktrin "kelahiran baru"-nya di gereja-gereja terbesar di kota London. Seluruh Inggris segera menjadi gempar mendengar pengkhotbah muda yang bersuara emas itu. Atas undangan Wesley bersaudara, Whitefield pergi ke Amerika. Ia memimpin kebangunan rohani yang dramatis di Georgia. Ketika kembali ke Inggris, ia mendapatkan dirinya lebih terkenal daripada sebelumnya. Pada saat gereja negara yang merasa dipermalukan itu menutup pintu baginya, Whitefield pindah ke lapangan-lapangan dan berkhotbah kepada orang banyak yang berjumlah tiga puluh ribu atau lebih. Banyak pendengarnya mengalami kelahiran baru. Ia pergi kembali ke Amerika. Pelayanannya demikian berhasil, bahkan Benyamin Franklin yang skeptis itu menyatakan, "Rupa-rupanya seluruh dunia menjadi saleh." George Whitefield baru saja berumur dua puluh enam tahun pada waktu itu. Whitefield berkhotbah selama tiga puluh tahun lagi kepada kumpulan banyak orang. Ia bolak-balik menyeberangi Atlantik. Ia terus berdoa bagi mereka yang belum mau memedulikan panggilan Kristus. Pada tahun 1770, ia meninggal dunia ketika sedang berkhotbah. Ia sangat lelah dan tidak memedulikan dirinya lagi. Ketika sedang berkhotbah, ia berbalik sambil mengangkat kedua tangannya dan berkata, "Aku lelah, ya Tuhan!" kemudian Whitefield meninggal di atas mimbar. Lord Bolingbroke, bangsawan yang skeptis itu, menyebut dia sebagai "orang yang paling luar biasa pada zaman kita". Diambil dan diedit seperlunya dari: Nama situs : Pemuda Kristen Judul artikel: George Whitefield, Peniru Gerak-gerik Pendeta Penulis : James C. Hefley Alamat URL : http://www.pemudakristen.com/artikel/george_whitefield.php Catatan: Artikel di atas dapat ditemukan dalam versi tercetak pada buku "Bagaimana Tokoh-Tokoh Kristen Bertemu dengan Kristus" karya James C. Hefley, terbitan Yayasan Kalam Hidup. ______________________________________________________________________ "Tetapi aku tidak menghiraukan nyawaku sedikitpun, asal saja aku dapat mencapai garis akhir dan menyelesaikan pelayanan yang ditugaskan oleh Tuhan Yesus kepadaku untuk memberi kesaksian tentang Injil kasih karunia Allah." (Kisah Para Rasul 20:24) < http://sabdaweb.sabda.org/?p=Kis+20:24 > ______________________________________________________________________ POKOK DOA 1. Firman Tuhan sangat berkuasa untuk mengubah hidup seseorang. Kiranya Tuhan mengurapi serta memberikan hikmat dan kebijaksanaan kepada setiap hamba Tuhan yang dipakai-Nya untuk menjelaskan isi hati-Nya kepada sidang jemaat. Sehingga sidang jemaat semakin dikuatkan imannya dan terus bertumbuh dalam pengenalan akan Tuhan. 2. Biarlah setiap firman Tuhan yang disampaikan menggerakkan hati mereka yang belum percaya sehingga mereka mau menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat pribadinya. 3. Para petobat baru perlu mendapatkan pengertian yang benar akan firman Tuhan. Doakan supaya Tuhan memakai anak-anak-Nya untuk menolong para petobat baru tersebut untuk semakin mengenal Tuhan dan memiliki sikap hidup sesuai dengan kehendak-Nya. ______________________________________________________________________ Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA Didistribusikan melalui sistem network I-KAN Copyright(c) 2008 YLSA YLSA -- http://www.sabda.org/ylsa/ http://katalog.sabda.org/ Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati ______________________________________________________________________ Pimpinan Redaksi: Pipin Kuntami Staf Redaksi : Novita Yuniarti Kontak : < kisah(at)sabda.org > Berlangganan : < subscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org > Berhenti : < unsubscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org > Arsip KISAH : http://www.sabda.org/publikasi/Kisah/ Situs KEKAL : http://kekal.sabda.org/ ______________________________________________________________________
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |