Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/kisah/80 |
|
KISAH edisi 80 (21-7-2008)
|
|
____________PUBLIKASI KISAH (Kesaksian Cinta Kasih Allah)_____________ EDISI 80, 21 JULI 2008 PENGANTAR Tidak ada manusia yang luput dari dosa. Namun, tidak berarti kita tidak dapat berbalik dari dosa kita. Penyaliban Yesus telah memberikan penebusan bagi kita dan kuasa untuk lepas dari belenggu dosa. Hidup yang Tuhan berikan merupakan kesempatan bagi kita untuk bertobat dan kembali kepada kebenaran yang sejati. Janganlah menyia-nyiakan anugerah sejati ini. Semoga kisah berikut ini dapat menginspirasi kita agar memiliki hidup yang seturut dengan kehendak Tuhan sehingga buah-buah pertobatan itu dapat terus nampak dalam hidup kita. Pimpinan Redaksi KISAH, Pipin Kuntami ______________________________________________________________________ KESAKSIAN PROFESOR YANG BERGAIRAH "Ssst, jangan ribut, nanti ibumu bangun. Aku tidak ingin mendengar khotbahnya." Ayah dan anak berjingkat-jingkat masuk ke dalam rumah romawi mereka. Meskipun berusaha supaya tidak terdengar, si ibu mendengar mereka. Sebelumnya, Monika berkali-kali merasa sakit hati karena tiap malam suaminya menghabiskan waktu untuk pesta. Sekarang, ia merasa lebih sakit hati karena putranya, Aurelius, yang baru saja berumur tujuh belas tahun, telah menemani ayahnya dalam pesta-pestanya itu. Dengan sedih, Aurelius memandangi ibunya yang sedang menangis. Ia berkata, "Kami telah bersenang-senang." Ia tidak dapat merasakan usaha ibunya untuk mengajaknya menjadi orang Kristen. Setahun kemudian, Aurelius menjadi ayah dari seorang anak yang tidak sah. Hati Monika semakin hancur karena Aurelius hidup bersama ibu anak itu tanpa ikatan pernikahan selama tiga belas tahun. Aurelius menjadi semakin asusila sejak kematian ayahnya. Namun, Monika terus mendoakan putranya itu. Aurelius menjadi profesor dan mendirikan sekolahnya sendiri di Kartago, Afrika Utara. Pada masa itu, kebanyakan pengajaran dilakukan di dalam rumah-rumah tangga dan ruangan-ruangan yang disewakan. Uang kuliah para siswanya digunakan untuk membayar gaji guru dan pengeluaran-pengeluaran sekolah lainnya. Sekolahnya yang terletak di jalan Bankir, kota terkenal di Afrika, maju dengan pesat. Siswa-siswanya adalah keturunan bangsawan di kota itu. Aurelius merenung, pada suatu hari mereka akan menjadi pemimpin-pemimpin pemerintah. Mereka akan mengingatnya dengan memberinya satu jabatan yang istimewa. Segalanya tampak berjalan dengan baik. Kemudian, sekolah Aurelius itu dirusak oleh gerombolan perampok. Pengalaman menakutkan ini membuatnya melarikan diri dari Afrika. Lalu, ia mendirikan sebuah sekolah di Roma, yang baginya tampak lebih aman. Sebuah kelompok orang Kristen palsu yang disebut "Manichean", menarik hati profesor muda itu. Aurelius menjadi mahasiswa dan giat dalam kegiatan aliran bidat yang mendasarkan doktrin-doktrinnya pada ajaran campuran yang aneh antara Alkitab dan filsafat Yunani. Tetapi, ia menjadi kecewa setelah ia berbicara dengan Uskup Faustus, seorang guru "Manichean" yang terkenal. Aurelius berpendapat bahwa orang itu hanyalah seorang propagandis murahan. Oleh karena itu, ia meninggalkan keyakinan yang telah dipertahankannya selama sembilan tahun itu. Setahun setelah ia tiba di Roma, pemerintah Romawi mengangkatnya menjadi profesor ilmu pidato di Milano. Aurelius mengundang ibunya untuk ikut dengannya. Ibunya tidak pernah berhenti mendoakannya supaya bertobat. Di Milano, Aurelius disambut oleh Uskup Ambrosius, seorang pemimpin Kristen yang penuh pengabdian dan seorang penduduk yang paling berpengaruh di kota itu. "Mari, dengarlah saya berkhotbah," pengkhotbah ternama itu mengundangnya. Dengan acuh tak acuh, Aurelius pergi untuk mendengar khotbah Uskup Ambrosius. Uskup tersebut berbicara dengan halus dan menyenangkan hati Aurelius sehingga ia pergi mendengarnya berulang-ulang. Pada suatu hari, Ambrosius berkhotbah tentang Raja Daud. "Bahwa Daud berdosa itu karena ia manusia, namun pertobatannya itu merupakan sesuatu yang luar biasa," katanya. "Manusia mengikuti dosa Daud; tetapi mereka tidak meneladaninya pada saat ia mengakui dosanya dan bertobat." Kehidupan masa lalu Aurelius yang asusila itu mulai menghantuinya. Ia telah berdosa seperti Daud, tetapi ia tidak bertobat seperti Daud. Oleh karena perasaan-perasaan bersalah itu bertambah kuat, keragu-raguannya mengenai agama Kristen menjadi hilang. Akhirnya, ia dapat mengatakan dengan tulus bahwa Kitab Suci itu wahyu Allah dan bahwa Yesus itu Anak Allah. Tetapi, nafsu untuk berbuat dosa masih mendorongnya untuk terus menjalani kehidupan yang asusila. Hatinya yang lapar bergumul dengan dosanya, sampai pada suatu hari ia masuk ke dalam sebuah taman, berlutut di bawah sebuah pohon ara dan memohon, "Oh, Tuhan, akhirilah perbuatan hamba yang jahat ini." Pada saat itu juga, ia mendengar suara seorang anak di luar taman itu seperti menyanyi, "Tolle lege! Tolle lege! Ambil dan bacalah! Ambil dan bacalah!" Aurelius melihat ke bawah. Di hadapannya ada suatu kutipan dari Surat Roma, yang telah dibiarkannya sebelumnya. Matanya memandang pada kalimat: "Jangan dalam pesta pora dan kemabukan, jangan dalam percabulan dan hawa nafsu, jangan dalam perselisihan dan iri hati. Tetapi kenakanlah Tuhan Yesus Kristus sebagai perlengkapan senjata terang dan janganlah merawat tubuhmu untuk memuaskan keinginannya." (Roma 13:13-14) Dengan sukacita, Aurelius menunjukkan kutipan tadi kepada teman dekatnya, Alypius. "Saya telah mengenakan Kristus," katanya. "Hati saya dipenuhi dengan damai." Kemudian Aurelius dengan cepat mengatakan kepada ibunya, Monika, bahwa doa yang telah disampaikannya selama bertahun-tahun itu terjawab sudah. Doa yang begitu bersungguh-sungguh dari seorang ibu demi keselamatan anaknya didengar oleh Tuhan. Setelah mengikuti pelajaran istimewa, Aurelius dibaptiskan oleh Uskup Ambrosius. Profesor Aurelius Augustinus menghabiskan waktunya yang penuh dengan buah-buah rohani selama 44 tahun melayani Kristus. Selama itu pula ia menulis tujuh puluh buku Kristen. Salah satu di antaranya ialah "The Confessions of St. Augustine", yang telah dinilai oleh ahli-ahli kesusasteraan sebagai salah satu buku dari seratus buku terbaik sepanjang zaman. "The Confessions of St. Augustine" ditujukan kepada Allah dan buku itu berisi ungkapan yang sering dikutip. "Engkau telah menjadikan kami bagi-Mu, dan hati kami tidak tenang sampai kami bersandar pada-Mu." Augustinus meninggal dengan damai pada tahun 430, tidak lama setelah Roma jatuh ke tangan bangsa Barbar. Pada waktu itu, ia menjadi Uskup di Hippo, Afrika Utara. Pada saat ia meninggal, kota itu sedang dikepung oleh bangsa Vandal dari sebelah Utara. Namun, pengaruh serta ajaran rohaninya terus hidup sampai abad pertengahan, mengilhami pemimpin-pemimpin Reformasi seperti Luther dan Calvin untuk memberontak melawan hierarki Kristen yang menyeleweng. Diambil dan disunting seperlunya dari: Nama situs: Pemuda Kristen Judul asli artikel: Profesor yang Bertobat -- Aurelius Augustinus Penulis: James C. Hefley Alamat URL: http://pemudakristen.com/artikel/profesor_yang_bergairah.php Catatan: Artikel di atas dapat ditemukan dalam versi tercetak pada buku "Bagaimana Tokoh-Tokoh Kristen Bertemu dengan Kristus" karya James C. Hefley, terbitan Yayasan Kalam Hidup. ______________________________________________________________________ "Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu." (Yohanes 15:16) < http://sabdaweb.sabda.org/?p=Yohanes+15:16 > ______________________________________________________________________ POKOK DOA 1. Mari kita berdoa untuk anak-anak Tuhan yang saat ini belum memiliki hidup kudus dan masih terlibat dalam kecemaran, seperti seks bebas. Kiranya Tuhan menganugerahkan kasih karunia-Nya agar mereka bertobat. 2. Bersyukur karena tidak sedikit yang memiliki kerinduan agar hidupnya dapat dipakai Tuhan untuk membawa orang banyak datang kepada-Nya. Kiranya semangat dan iman mereka tetap teguh sehingga banyak jiwa yang diselamatkan melalui pelayanan yang mereka lakukan, baik melalui doa maupun pemberitaan firman Tuhan. 3. Doakan juga mereka yang sudah mendengar berita keselamatan agar memiliki iman yang semakin bertumbuh sehingga mereka dapat menjadi saksi bagi nama Tuhan. ______________________________________________________________________ DARI REDAKSI BERSAAT TEDUH DENGAN PUBLIKASI E-RH Apakah Anda rindu untuk semakin mendalami kebenaran firman Tuhan dan hidup dalam persekutuan yang intim dengan Bapa hari lepas hari? Dapatkan bahan untuk bersaat teduh dan merenungkan firman Tuhan setiap harinya dalam "mailbox" Anda, sehingga di tengah-tengah mobilitas, Anda tetap memiliki waktu untuk merenungkan firman Tuhan setiap harinya. Segera daftarkan diri Anda sebagai pelanggan Publikasi e-RH (Renungan Harian). Publikasi ini berisi bahan renungan yang diterbitkan secara rutin oleh Yayasan Gloria dan diterbitkan secara elektronik oleh Yayasan Lembaga SABDA (YLSA). Publikasi e-RH hadir untuk memperlengkapi dan memenuhi kebutuhan bahan bersaat teduh yang baik bagi masyarakat Kristen Indonesia pengguna internet. Jangan tunda lagi, segeralah berlangganan dengan mengirimkan e-mail kosong ke < subscribe-i-kan-akar-renungan-harian(at)hub.xc.org > atau dengan menghubungi redaksi di < rh@sabda.org > ______________________________________________________________________ Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA Didistribusikan melalui sistem network I-KAN Copyright(c) 2008 YLSA YLSA -- http://www.ylsa.org/ http://katalog.sabda.org/ Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati ______________________________________________________________________ Pimpinan Redaksi: Pipin Kuntami Kontak: < kisah(at)sabda.org > Berlangganan: < subscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org > Berhenti: < unsubscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org > Arsip KISAH: http://www.sabda.org/publikasi/Kisah/ Situs KEKAL: http://kekal.sabda.org/ ______________________________________________________________________
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |