Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/kisah/87

KISAH edisi 87 (8-9-2008)

Belas Kasihan bagi Utusan Injil: John Wesley

 
____________PUBLIKASI KISAH (Kesaksian Cinta Kasih Allah)_____________

                     Edisi 87, 8 September 2008

PENGANTAR

  Memberikan hati untuk melayani adalah tugas dan panggilan bagi orang
  percaya. Satu hal yang terpenting dalam hal ini, Tuhan senantiasa
  melihat motivasi kita di dalam melayani. Jangan sampai saat kita
  melakukan pelayanan, pelayanan tersebut malah menjadi batu
  sandungan.

  Seperti yang terjadi pada pengkhotbah yang dipakai Tuhan secara luar 
  biasa, John Wesley. Pada awalnya, dia mengalami krisis iman di 
  sela-sela melakukan tugas memberitakan keselamatan bagi banyak 
  orang. Dia mengkhawatirkan siapa yang mampu menobatkan dirinya. 
  Butuh waktu yang lama bagi John Wesley untuk meyakinkan imannya yang 
  pada waktu itu ia sebut sebagai "iman musiman".

  Perubahan cara pandangnya mampu membawa pertobatan atas dirinya 
  sendiri, bahwa Yesuslah Sang Juru Selamat sejati. Pada 
  perkembangannya, John Wesley semakin dipakai secara luar biasa 
  ketika dia sedang berkhotbah tentang pertobatan dan hidup baru di 
  beberapa tempat. Kali ini, kami ajak Anda untuk menyimak kesaksian 
  John Wesley. Semoga kisah tokoh misi berikut semakin menjadi pemicu 
  dalam kita melakukan tugas panggilan untuk memberikan banyak jiwa 
  bagi Allah.

  Redaksi Tamu KISAH,
  Kristina Dwi Lestari
______________________________________________________________________
KESAKSIAN

           BELAS KASIHAN BAGI UTUSAN INJIL: JOHN WESLEY

  Kapal itu terombang-ambing dan tergoncang dengan hebat menembus
  gelombang yang tingginya enam meter di Laut Atlantik. Air menyembur
  menyapu geladak kapal, membelah layar besar dari kapal layar abad
  kedelapan belas itu dan mengalir ke dalam ruangan-ruangan di kamar
  itu.

  Pendeta John Wesley gemetar ketakutan. Beberapa orang Inggris di
  sekelilingnya berteriak. Tetapi ketika ia memandang pada kelompok
  orang-orang Moravia, ia merasa heran karena mereka sedang
  menyanyikan mazmur dengan tenang. "Orang-orang yang malas dan
  bodoh," pikirnya.

  Pada saat samudra itu telah tenang, Wesley mendekati pemimpin 
  mereka. "Anda tidak takut akan badai?" tanyanya. "Tidak, Tuhan ada 
  di pihak kami. Kami tidak takut mati."

  Hari berikutnya, Spangenberg, pendeta Moravia itu, memunyai sebuah 
  pertanyaan bagi pendeta Inggris itu. "Saudara Wesley, kenalkah 
  saudara dengan Yesus Kristus?" tanyanya. "Saya tahu bahwa Ia Juru 
  Selamat dunia ini," orang Inggris yang bermartabat itu menjawab 
  dengan ramah. "Tetapi dapatkah Saudara mengatakan kepada saya apakah 
  Ia telah menyelamatkan Saudara?" Wesley bingung. "Saya harap 
  demikian," ia menjawab dengan tenang.

  John Wesley sedang dalam perjalanannya menuju Georgia untuk 
  menginjili orang-orang Indian. Tetapi sebelum ia mendapatkan damai 
  dalam iman orang-orang Moravia, ia meratap, "Aku datang ke Georgia 
  untuk memertobatkan orang-orang Indian, tetapi siapa yang akan 
  memertobatkan aku? Aku hanya memunyai iman "musiman" saja.

  Walaupun Wesley adalah seorang sarjana lulusan Oxford dan sangat
  saleh, "imannya yang musiman" itu tidak berhasil menggerakkan hati
  penduduk koloni Inggris yang acuh tak acuh itu, lebih-lebih
  orang-orang Indian yang masih menyembah berhala.

  Setelah dua tahun, Ia kembali ke Inggris dan perjalanan misinya 
  merupakan suatu kegagalan. Ia kemudian mengetahui bahwa di seluruh 
  Inggris, orang-orang sedang membicarakan khotbah-khotbah rekan 
  sekelasnya dulu di Oxford, George Whitefield. Whitefield telah 
  mendapat pengalaman pertobatan yang dramatis dan telah berkhotbah 
  tentang kelahiran baru kepada banyak pendengar.

  Pada waktu itu, Charles, saudara kandung John Wesley, sedang sakit.
  John dengan terburu-buru pergi ke tempat tidurnya, tetapi ia
  mendapatkan bahwa Peter Bohler menghujani si sakit itu dengan
  pertanyaan-pertanyaan mengenai imannya.

  John kemudian menulis dalam majalah "Journal", bahwa ia cukup 
  mendengar percakapan mereka "yang meyakinkan aku akan kebutuhanku 
  akan iman". Ia merasa bahwa ia tidak perlu lagi berkhotbah. Namun 
  demikian, Bohler menasihatkan untuk menceritakan kebenaran itu 
  kepada orang lain sampai ia sendiri yakin.

  Dua hari kemudian, John Wesley berkata kepada seorang narapidana 
  yang sudah dijatuhi hukuman bahwa ia dapat memeroleh pengampunan 
  dosa hanya dengan percaya kepada Kristus. "Saya mau," jawab 
  narapidana itu. "Sekarang saya bersedia sepenuhnya untuk mati," 
  tambahnya dengan perasaan yang sungguh-sungguh. "Kristus telah 
  menghapus dosa-dosa saya." Narapidana itu memunyai kepastian yang 
  penuh, tetapi Wesley yang malang itu terus bergumul.

  Pada tanggal 20 Mei tahun 1738, Charles Wesley menerima kepastian
  penuh akan keselamatannya setelah membaca "Tafsiran Kitab Galatia"
  karangan Luther.

  Kira-kira jam lima pagi hari Rabu berikutnya, John membuka Kitab
  Perjanjian Barunya pada II Petrus 1:4 dan membaca: "Dengan jalan
  itu Ia telah menganugerahkan kepada kita janji-janji yang berharga
  dan yang sangat besar, supaya olehnya kamu boleh mengambil bagian
  dalam kodrat ilahi."

  Pada malam harinya, ia diundang menghadiri satu pertemuan 
  perkumpulan Kristen di jalan Aldersgate. "Aku pergi dengan perasaan 
  sangat segan," ia kemudian menulis dalam buku hariannya, "untuk 
  mendengarkan seseorang yang membacakan kata pengantar Luther tentang 
  Kitab Roma."

  Saat itu merupakan malam kemenangan baginya. Beginilah ia 
  menjelaskan, "Kira-kira jam sembilan kurang seperempat; ketika ia 
  sedang menjelaskan perubahan yang dilakukan Allah di dalam hati 
  melalui iman kepada Kristus, aku merasa hatiku dihangati secara 
  mengherankan .... Aku merasa sungguh-sungguh percaya kepada Kristus 
  yang memberikan keselamatan."

  Ia hampir tidak dapat menunggu untuk menceritakannya kepada Charles. 
  Sambil berlari masuk ke kamarnya, ia berteriak, "Aku percaya." Mari 
  kita menyanyikan satu lagu pujian bersama-sama," Charles 
  mengusulkan. John menyetujui, dan keduanya menyanyikan sebuah lagu 
  pujian baru yang telah dikarang Charles beberapa hari sebelumnya --
  sebuah lagu yang masih dinyanyikan oleh orang-orang Kristen pada 
  masa kini, "Kristus Sahabat Orang Berdosa" (Christ the Friend of 
  Sinners).

  Delapan belas hari kemudian, John Wesley mengkhotbahkan suatu 
  khotbah yang selalu diingat, "Oleh Anugerah Kita Diselamatkan 
  Melalui Iman", di Universitas Oxford. Ini merupakan tema dari suatu 
  pelayanan di mana ia merasa harus menyelamatkan Inggris dari 
  kemerosotan moral dengan memenangkan berpuluh-puluh ribu orang bagi 
  Kristus serta mendirikan gereja Metodis.

  Diambil dan disunting seperlunya dari:
  Judul buku: Bagaimana Tokoh-Tokoh Kristen Bertemu Dengan Kristus
  Penulis: James C. Hefley
  Penerbit: Yayasan Kalam Hidup, Bandung 2008
  Halaman: 34 -- 36
______________________________________________________________________

  "Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena 
  Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa." 
  (Roma 5:8)
  < http://sabdaweb.sabda.org/?p=Roma+5:8 >
______________________________________________________________________
POKOK DOA

  1. Apakah di sekitar Anda masih ada jiwa-jiwa yang belum mendengar
     mengenai keselamatan sejati di dalam diri Kristus Yesus? Mari
     satukan hati untuk mendoakan mereka agar kita boleh menjadi
     kepanjangan tangan Allah dalam menjangkau mereka.

  2. Mari kita berdoa bagi para pengabar Injil, baik di Indonesia 
     maupun di tempat-tempat lain. Biarlah Roh Allah senantiasa 
     menuntun mereka di dalam melaksanakan tugas pangggilannya.

  3. Berdoa juga untuk daerah-daerah yang masih sulit menerima Kabar
     Sukacita. Biarlah Allah sendiri yang nantinya akan melembutkan 
     hati mereka untuk membuka diri mengundang Kristus masuk ke dalam 
     hidupnya.
______________________________________________________________________
Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA
Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
Copyright(c) 2008 YLSA
YLSA -- http://www.ylsa.org/
http://katalog.sabda.org/
Rekening: BCA Pasar Legi Solo
No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
______________________________________________________________________
Redaksi Tamu: Kristina Dwi Lestari
Kontak: < kisah(at)sabda.org >
Berlangganan: < subscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org >
Arsip KISAH: http://www.sabda.org/publikasi/Kisah/
Situs KEKAL: http://kekal.sabda.org/
______________________________________________________________________

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org